redaksi@darilaut.id
Rabu, 22 Maret 2023
26 °c
Jakarta
28 ° Sab
27 ° Ming
28 ° Sen
27 ° Sel
Dari Laut Indonesia
Tidak ada hasil
Lihat Semua Hasil
  • Masuk
  • Daftar
  • Home
  • Berita
    • Laporan Khusus
    • Pemilu dan Pemilihan
  • Eksplorasi
  • Sampah & Polusi
  • Tips & Trip
    • Biota Eksotis
    • Ide & Inovasi
    • Travel
  • Konservasi
  • Kajian
  • Kesehatan
  • Orca
    • Hiu Paus
  • Bisnis dan Investasi
  • Home
  • Berita
    • Laporan Khusus
    • Pemilu dan Pemilihan
  • Eksplorasi
  • Sampah & Polusi
  • Tips & Trip
    • Biota Eksotis
    • Ide & Inovasi
    • Travel
  • Konservasi
  • Kajian
  • Kesehatan
  • Orca
    • Hiu Paus
  • Bisnis dan Investasi
Tidak ada hasil
Lihat Semua Hasil
Dari Laut
Tidak ada hasil
Lihat Semua Hasil

Home » Berita » 236 Orang Tewas Karena Topan Freddy di Malawi, Mozambik dan Madagaskar

236 Orang Tewas Karena Topan Freddy di Malawi, Mozambik dan Madagaskar

redaksi redaksi
15 Maret 2023
Kategori : Berita
Tim Palang Merah Malawi, masih terus melakukan pencarian dan penyelamatan, serta pertolongan bagi warga yang menjadi korban topan Freddy, Senin (13/3). FOTO: MALAWI RED CROSS

Tim Palang Merah Malawi, masih terus melakukan pencarian dan penyelamatan, serta pertolongan bagi warga yang menjadi korban topan Freddy, Senin (13/3). FOTO: MALAWI RED CROSS

Darilaut – Korban tewas karena topan (typhoon) Freddy di Madagaskar, Mozambik dan Malawi bertambah menjadi 236 orang. HIngga saat ini, siklon tropis (Tropical Cyclone) tersebut masih berputar di perbatasan Mozambik dan Malawi selatan.

Layanan satelit Zoom.earth menginformasikan sistem Low Pressure Area (Daerah Tekanan Rendah) pada 13 Maret berada di Malawi Selatan, kemudian ke barat laut di perbatasan mendekati Provinsi Tete di Mozambik. Selanjutnya, berputar lagi di dekat perbatasan Malawi dan Mozambik, Rabu (15/3).

Sejak Freddy mendarat di pantai Afrika bagian selatan, 12 Maret hingga 14 Maret tercatat di Malawi sebanyak 199 orang tewas.

Hujan lebat yang memicu banjir dan tanah longsor telah menewaskan 199 orang di Malawi, kata pihak berwenang, Selasa (14/3) mengutip Kantor Berita Associated Press (AP). Presiden Lazarus Chakwera mengumumkan “keadaan bencana” di wilayah selatan negara itu dan ibu kota Blantyre yang sekarang porak poranda.

Presiden Malawi telah mengumumkan Keadaan Bencana di Wilayah Selatan, khususnya Kota dan Distrik Blantyre, Distrik Chikwawa, Distrik Chiradzulu, Distrik Mulanje, Distrik Mwanza, Distrik Neno, Distrik Nsanje, Distrik Phalombe, Distrik Thyolo, dan Kota Zomba.

Selain korban tewas, menurut Departemen Urusan Manajemen Bencana (DoDMA) Malawi, sebanyak 16 orang dilaporkan hilang setelah hujan lebat dan angin kencang yang dihubungkan dengan sistem cuaca Freddy tersebut. Sekitar 19.000 orang di selatan negara itu telah mengungsi.

Juru bicara Sekretaris Jenderal PBB, Stephane Dujarric, pada konferensi pers Selasa (14/3) sore, mengatakan, listrik padam dan jaringan komunikasi mengalami gangguan di banyak daerah yang terkena dampak, dan “menghambat operasi bantuan.”

Daerah yang paling terkena dampak tetap tidak dapat diakses sehingga kerusakan sepenuhnya sejauh ini tidak diketahui

Di Mozambik, menurut Reliefweb.int, Freddy membawa angin kencang ke provinsi Zambezia, serta hujan lebat (di atas 200 mm/24 jam) ke provinsi Zambezia, Sofala, Manica, Tete, dan Niassa.

Beberapa provinsi ini menerima curah hujan dalam 24 jam sebanyak yang biasanya mereka alami dalam satu bulan.

Di provinsi Zambezia saja, lebih dari 22.000 orang mengungsi di pusat penampungan sementara, 10 orang tewas dan 14 luka-luka.

Data awal dari Institut Nasional Penanggulangan Bencana (INGD) sekitar 1.900 rumah mengalami kerusakan. Angka ini diperkirakan akan terus meningkat seiring dengan tersedianya informasi lebih lanjut. Layanan dasar dan infrastruktur publik juga terpengaruh.

Menyusul pendaratan pertama Freddy di provinsi Inhambane pada 24 Februari, sekitar 171.400 orang terkena dampak—termasuk 10 tewas, 10 luka-luka, dan 5.100 mengungsi. Lebih dari 30.000 rumah terkena dampak, menurut INGD.

Layanan Kantor Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA) mengatakan terus menanggapi kehancuran dan kerusakan yang ditimbulkan oleh sistem cuaca Topan Freddy, yang mendarat di Mozambik selama akhir pekan untuk kedua kalinya. Sistem ini membawa hujan lebat ke Mozambik dan Malawi.

Menurut pihak berwenang, setidaknya 200 orang tewas di kedua negara dan 45.000 orang mengungsi. Banyak dari mereka yang tewas di Malawi karena tanah longsor di kotapraja Cilobwe di distrik Blantyre.

Di kedua negara, PBB dan mitra bekerja untuk mendukung respons yang dipimpin Pemerintah.

Penilaian cepat sedang dilakukan di daerah yang paling terdampak bencana dan mitra kemanusiaan memobilisasi bantuan.

Di Mozambik, bahan untuk pengolahan makanan dan air dikirim ke keluarga di pusat akomodasi sementara.

Sementara di Malawi, kata OCHA, mitra kemanusiaan antara lain menyediakan air, layanan kebersihan dan sanitasi serta material tempat berlindung, di lokasi pengungsian sementara di Blantyre.

Namun, operasi terhambat oleh hujan lebat dan angin kencang, dengan beberapa jalan utama terputus karena banjir.

Dengan hujan deras yang diperkirakan akan berlanjut dalam beberapa hari mendatang di Mozambik dan Malawi, ada risiko banjir dan tanah longsor lebih lanjut yang dapat mempengaruhi lebih banyak orang dan menghambat operasi bantuan.

Di Madagaskar, setidaknya 17 orang kini telah meninggal karena Topan Tropis Freddy (7 dari pendaratan pertama pada 21 Februari dan 10 dari hujan terakhir pada 5 dan 6 Maret), tiga hilang dan hampir 299.000 orang telah terkena dampak (226.000 di tenggara, dan lebih dari 72.600 di barat daya).

Setelah Freddy melewati barat daya negara itu pada 5 dan 6 Maret, banjir lokal terlihat di kota Morombe dan tiga kota sekitarnya, serta kota Toliara. Sekolah dan gedung perkantoran juga terendam banjir.

Samudra Hindia

Freddy berkembang sebagai bibit siklon tropis di selatan Jawa (Indonesia) pada 3 Februari dan mendapatkan penamaan sebagai siklon tropis pada 6 Februari oleh Biro Meteorologi Australia (BOM), di selatan Nusa Tenggara, Indonesia.

Topan Freddy yang telah banyak memecahkan rekor baru, memberi dampak di enam negara, masing-masing Mauritius, Reunion (Prancis), Madagaskar, Mozambik, Zimbabwe dan Malawi.

Selanjutnya, Freddy mengambil arah ke barat daya atau di utara Port Hedland, Australia Barat. Setelah terbentuk sebagai siklon tropis – sistem ini bergerak secara umum ke barat dan barat-barat daya, melintasi Mauritius dan Reunion, hingga ke Madagaskar, Mozambik, Zimbabwe dan Malawi.

Pada Minggu 19 Februari, dilaporkan kapal penangkap tuna Lien Sheng Fa hilang kontak di Samudra Hindia. Sebanyak 16 awak kapal perikanan ada di Lien Sheng Fa, 15 di antaranya warga negara Indonesia (WNI) dan satu Taiwan sebagai kapten.

Saat itu, posisi kapal Kapal Lien Sheng Fa yang kehilangan kontak radio dengan Taipei berlayar 215 mil laut dari Port Mathurin, Pulau Rodrigues – Mauritius.
Topan Freddy sedang mengamuk dengan kekuatan siklon tropis yang sangat intens (Very Intense Tropical Cyclone).

Kamis 23 Februari malam, pihak berwenang Taiwan menghubungi National Coast Guard (NCG) di Mauritius untuk meminta bantuan operasi pencarian dan penyelamatan kapal yang hilang tersebut.

NCG selanjutnya mengirim CGS Barracuda, sebuah kapal patroli lepas pantai, dan Dornier, sebuah pesawat terbang, untuk mencari korban yang selamat.

Informasi ini juga disampaikan ke kapal-kapal yang berada di dekat perairan tersebut. Apabila menemukan benda yang mengambang untuk segera melaporkan ke pihak berwenang.

Permintaan bantuan juga disampaikan kepada Otoritas Prancis di Pulau Reunion.

Kapal Lien Sheng Fa akhirnya ditemukan dalam posisi terbalik pada hari Jumat, 24 Februari, oleh kapal kargo Star Venture.

Posisi kapal Lien Sheng Fa 115 mil laut dari pulau tersebut, dan hanyut di perairan teritorial Mauritius. Dua hari kemudian, CGS Barracuda menemukan bangkai kapal pada jarak 125 mil laut dari pulau tersebut.

Tim penyelamat melakukan penyelaman dan mengkonfirmasi identitas kapal, memeriksa kabin, dan tidak menemukan siapa pun di dalamnya.

Palka tidak dapat diakses karena ditutup, dan ruang mesin kebanjiran. Beberapa jaket penyelamat berada dalam kondisi buruk, dan tidak ada rakit penyelamat yang ditemukan.

Pesawat Dornier terbang di atas area tersebut, tetapi tidak menemukan ada korban selamat yang selamat.

Belum ada laporan keberadaan 15 awak kapal perikanan Indonesia dan seorang Taiwan.

Sumber: Zoom.earth, Reliefweb.int, OCHA, Apnews.com (AP) dan Darilaut.id

Tags: kapal perikananKapal TerbalikMadagaskarMalawiMozambikOCHAPBBSamudra HindiaSiklon TropisTanah LongsorTopan Freddy
BagikanTweetKirimKirim

Berlangganan untuk menerima notifikasi berita terbaru Dari Laut Indonesia

Berhenti Berlangganan

Related Posts

Alat bantu optik, teleskop. FOTO: DARILAUT.ID
Berita

Hari Ini Kemenag Menggelar Sidang Isbat dan Rukyatul Hilal

22 Maret 2023
Ilustrasi air. FOTO: DARILAUT.ID
Berita

Pengelolaan Air Solusi Ampuh Beradaptasi dengan Dampak Perubahan Iklim

22 Maret 2023
Proyek Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi Muara Laboh, Indonesia, membantu memajukan Indonesia menuju tujuan energi terbarukan dan mitigasi perubahan iklim. FOTO: ADB/Gerhard Joren/UN.ORG
Berita

Mengurangi Emisi, PBB Mengusulkan Pakta Solidaritas Iklim

21 Maret 2023
Next Post
KRI Spica

Ekspedisi Jala Citra, Laut Flores Jalur Sirkulasi Arlindo

Praktik penambangan emas skala kecil yang menggunakan merkuri untuk memperoleh bijih emas. FOTO: Veejay Villafranca/UNEP

Banyak Tantangan Mengurangi Limbah Merkuri

Komentar tentang post

REKOMENDASI

Riset Herbal Indonesia untuk Anti Virus Covid-19

Waspada Kecepatan Angin dan Gelombang Tinggi di Akhir Tahun

Limbah Masker Sulit Terurai dan Sangat Infeksius

Melestarikan Lamun, Mencapai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan

Paus Pembunuh Menempuh 1000 Kilometer untuk Berburu Ikan

Hipotesis Perilaku Orca di Spanyol, Salah Satunya Ingin Bermain Dengan Kapal

TERBARU

Hari Ini Kemenag Menggelar Sidang Isbat dan Rukyatul Hilal

Pengelolaan Air Solusi Ampuh Beradaptasi dengan Dampak Perubahan Iklim

Mengurangi Emisi, PBB Mengusulkan Pakta Solidaritas Iklim

Laporan Terbaru IPCC, Cuaca Ekstrem Meningkatkan Risiko Bagi Kesehatan Manusia dan Ekosistem

Bahaya Mikroplastik, Menteri KKP Mengajak untuk Menjaga Produk Perikanan Bermutu

IPCC Akan Merilis Laporan Iklim Terbaru

TERPOPULER

  • Pemusnahan 60 kg olahan ikan beserta barang lainnya berupa olahan daging dan bumbu makanan di Ternate, Maluku Utara. FOTO: KKP

    Tidak Memiliki Izin Edar, 60 Kg Ikan Olahan Dimusnahkan di Ternate

    57 bagikan
    Bagikan 23 Tweet 14
  • Pemanasan Laut, Ini Dampak Bagi Ekosistem dan Manusia

    39 bagikan
    Bagikan 16 Tweet 10
  • Pesantren Hubulo Gorontalo Mulai Mengolah Sorghum Menjadi Gula dan Tepung

    5 bagikan
    Bagikan 3 Tweet 1
  • Ini Potensi di 11 Wilayah Pengelolaan Perikanan

    739 bagikan
    Bagikan 305 Tweet 181
  • Mengapa Orca Tidak Memangsa Manusia di Alam Liar?

    50 bagikan
    Bagikan 21 Tweet 12
  • Berhati-hati Menggunakan Media Sosial, Hindari Pasal 27 UU ITE

    2 bagikan
    Bagikan 1 Tweet 1
  • MyOcean, Aplikasi Gratis Data Kondisi Laut

    46 bagikan
    Bagikan 18 Tweet 12
  • Tentang
  • Redaksi
  • Disclaimer
  • Terms of Use
  • Kebijakan Privasi
  • Pedoman Pemberitaan Media Siber
Email : redaksi@darilaut.id

© 2018 - 2022 PT Dari Laut Indonesia

Tidak ada hasil
Lihat Semua Hasil
  • Home
  • Berita
  • Pemilu dan Pemilihan
  • Laporan Khusus
  • Eksplorasi
  • Sampah & Polusi
  • Tips & Trip
  • Biota Eksotis
  • Ide & Inovasi
  • Konservasi
  • Kajian
  • Kesehatan
  • Orca
  • Hiu Paus
  • Bisnis dan Investasi
  • Travel

© 2018 - 2022 PT Dari Laut Indonesia

Selamat Datang Kembali

Masuk dengan Facebook
Masuk dengan Google+
Atau

Masuk Akun

Lupa Password? Mendaftar

Buat Akun Baru

Mendaftar dengan Facebook
Mendaftar dengan Google+
Atau

Isi formulir di bawah ini untuk mendaftar

*Dengan mendaftar di situs kami, anda setuju dengan Syarat & Ketentuan and Kebijakan Privasi.
Isi semua yang diperlukan Masuk

Ambil password

Masukan username atau email untuk mereset password

Masuk