Ada Spesimen Ikan dan Moluska di Museum Zoologicum Bogoriense

FOTO: LIPI.GO.ID

INILAH rujukan penting koleksi spesimen ilmiah fauna di regional Asia Tenggara, Museum Zoologicum Bogoriense (MZB).

Dalam laman Lipi.go.id, MZB hingga saat ini telah memiliki lebih dari 2 juta koleksi spesimen ilmiah fauna. Antara lain, Ikan, moluska, krustasea, mamalia, burung, reptil, amfibi, serangga, serta invertebrata.

Keberadaan koleksi spesimen ini merupakan bagian penting dari ilmu pengetahuan hayati sebagai bahan acuan identifikasi jenis binatang. Selain itu, koleksi spesimen menyimpan berbagai jenis spesies asli Indonesia, sehingga keberadaannya dapat tetap terpantau.

Koleksi Museum yang didirikan Dr JC Koningsberger ini terus bertambah setiap tahun. Koleksi ini berasal dari ekspedisi lapangan, pemberian sesama peneliti atau masyarakat. Adapula tukar-menukar dan titipan dari Balai Konservasi Sumber Daya Alam atau barang sitaan tindak kriminal.

Koordinator Pengelolaan Koleksi MZB, Dhian Dwibadra mengatakan, proses penyimpanan koleksi spesiemen dibagi menjadi tiga tahap.

“Pertama penerimaan spesimen, kemudian diproses sesuai dengan takson masing-masing, lalu spesimen dapat disimpan di ruang penyimpanan dan terus dirawat,” ujar Dhian.

Dhian mengatakan, koleksi yang sudah diterima tersebut kemudian diawetkan. Menurut cara pengawetannya koleksi dibedakan menjadi koleksi basah dan kering yang dibedakan dari karakter morfologinya. Misalnya, jenis burung dan mamalia masuk dalam koleksi kering, sedangkan reptil masuk dalam koleksi basah karena akan mengerut jika tidak disimpan dalam cairan.

Koleksi kering disimpan dengan cara dikeringkan, kemudian ditusuk dengan jarum. Untuk koleksi basah, disimpan dalam tabung kaca dan direndam alkohol 70 persen.

Merawat Koleksi

Untuk merawat dan mendata koleksi spesimen menjadi bagian penting dari proses penyimpanan koleksi. Suhu ruang penyimpanan harus terus dipantau dan dijaga pada suhu 18-22 derajat celcius.

Kelembaban di dalam ruangan juga tetap dijaga pada angka 45-60 persen.

“Suhu dan kelembaban ruangan dapat mempengaruhi keawetan koleksi. Jika suhu dan kelembabannya tidak diatur, koleksi dapat rusak karena debu atau udara lembab dan akan membutuhkan banyak waktu dan tenaga untuk membersihkannya kembali,” kata Dhian.

Menurut Dhian, proses perawatan lain yang harus diperhatikan adalah volume alkohol pada koleksi basah. Alkohol pada koleksi basah harus diganti jika sudah keruh atau berkurang.

“Spesimen harus terus teremdam alkohol, jika sudah hampir habis, harus segera ditambah,” katanya.

Sementara untuk koleksi kering, jarum spesimen harus diganti jika sudah berkarat. Koleksi juga secara berkala dibersihkan dari debu.*

Exit mobile version