Darilaut – Dosen senior Universitas Malaya yang juga ahli ekologi Malaysia Jillian Ooi Lean Sim, Ph.D. memperoleh hibah sebesar US$ 150.000 melalui Program Pew Fellowship Konservasi Kelautan.
Penghargaan ini diberikan kepada ilmuwan untuk kegiatan proyek penelitian berorientasi konservasi selama tiga tahun.
Jillian salah satu dari enam ilmuwan konservasi laut dunia yang telah diumumkan Pew Charitable Trusts dan dinobatkan sebagai penerima Pew Fellowship konservasi laut tahun 2022.
Dalam keterangan pers, para peneliti tersebut berasal dari India, Indonesia, Malaysia, Trinidad dan Tobago, serta Amerika Serikat.
Jillian akan mengidentifikasi teknik dan kondisi lingkungan yang mendorong pertumbuhan akar lamun untuk meningkatkan praktik restorasi habitat laut.
Menurut Pewtrusts.org, upaya untuk memulihkan padang lamun semakin umum dalam beberapa tahun terakhir. Peneliti dan masyarakat pesisir menyadari pentingnya tanaman laut tersebut untuk melindungi garis pantai, meningkatkan kualitas air, menyediakan tempat pembibitan ikan dan kerang, serta menyerap karbon.
Di Asia Tenggara, aktivitas manusia dan pemanasan global telah mendorong hilangnya habitat keanekaragaman lamun dengan cepat.
Selain itu, banyak proyek restorasi yang gagal karena masalah cara menambatkan lamun yang ditransplantasikan ke dasar laut.
Jillian akan menggabungkan penelitian lapangan dan eksperimen untuk mengidentifikasi kondisi optimal dan mendorong pertumbuhan akar lamun di berbagai lingkungan laut. Selanjutnya, menginformasikan praktik restorasi padang lamun yang lebih efektif.

Bekerja sama dengan masyarakat pesisir setempat, Jillian mengembangkan metode transplantasi lamun. Kemudian menggabungkan pengetahuan ekologi tradisional dan bahan-bahan lokal yang dapat diakses seperti bambu dan kerang.
Jillian akan bekerja dengan anggota masyarakat untuk mengembangkan strategi komunikasi multimedia yang menyoroti kepentingan budaya dan ekosistem lamun.
Dosen Jurusan Geografi Fakultas Seni dan Ilmu Sosial Universitas Malaya ini, mengawali sebagai ilmuwan sosial lingkungan. Kemudian beralih mempelajari tumbuhan laut setelah mendapati dirinya tertarik dengan laut.
Dalam biografi di laman Teamseahabitats.weebly.com dan Umexpert.um.edu.my, Jillian mempelajari efek gangguan pada rumput laut (seaweeds) tropis untuk gelar Magister Manajemen Lingkungan di Universitas Malaya.
Setelah itu, memperoleh gelar PhD dalam Biogeografi Lamun melalui Beasiswa Pascasarjana Internasional Endeavour di University of Western Australia.
Jillian memperoleh bimbingan dari Profesor Gary Kendrick dan Dr Kimberly Van Niel, untuk mempelajari pola spasial dan ekologi padang lamun subtidal di pulau Johor.
Pesona ekosistem lamun sangat penting, tetapi kurang dihargai membuat Jillian terus mencoba meningkatkan profil lamun di Malaysia.
Jillian terus mempelajari dan memahami bagaimana padang lamun berfungsi sebagai habitat dan tempat mencari makan ikan, dugong, dan invertebrata lainnya.
Karyanya mencakup survei dan pemetaan ekosistem laut, termasuk lamun, telah berkontribusi pada penguatan perlindungan untuk taman laut pulau Tioman, Pahang (2007) dan usulan pengukuhan delapan pulau taman laut baru di Mersing, Johor (2017).
Spesifikasi bidang keahlian Jillian untuk padang lamun adalah struktur ruang lamun, kebutuhan habitat, dan fungsi ekosistem. Begitupula sebagai ahli biogeografi khususnya pemetaan habitat laut, pemodelan distribusi spesies dan kompleksitas habitat fungsional.
Jillian menganggap laut sebagai sumber inspirasi musiknya. Selain menekuni ekosistem padang lamun dan asosiasinya, Jillian adalah Direktur Artistik dan Musik Rhythm in Bronze.
Dibidang musik Jillian memperoleh penghargaan untuk gamelan kontemporer yang berbasis di Kuala Lumpur, dan penghargaan lainnya seperti BOH Cameronian Arts Awards.
Jillian optimis kecintaan masyarakat terhadap lamun akan semakin meningkat seiring dengan banyaknya ilmu yang mengungkap tentang tumbuhan yang luar biasa ini.
Sumber: Pewtrusts.org, Teamseahabitats.weebly.com dan Umexpert.um.edu.my
Komentar tentang post