Darilaut – Peneliti Pusat Penelitian Oseanografi Lembaga llmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Muhammad Reza Cordova, mengatakan, ancaman pencemaran sampah laut tidak akan langsung dirasakan.
Namun, ada perubahan perilaku yang tanpa disadari, kemudian gangguan hormon serta kelainan genetik. Bahkan penyakit kanker dan tidak menutup kemungkinan penyakit yang lebih aneh.
Perlu diketahui bersama bahwa 80% sampah laut berasal dari daratan. Hal ini akan berakibat pada pencemaran air, laut, tanah, udara oleh polusi sampah plastik.
Akibat yang lebih parah lagi adalah dari polusi ini akan berdampak bagi kesehatan, keanekaragaman hayati dan ekonomi.
Dalam webinar Jatuh Cinta (lagi) dengan Bumi Edisi 4, Senin 17 Mei 2021, dengan tema “Sampah Laut dan Kebangkitan Bangsa”, Reza mengatakan, ada hal yang lebih mengerikan lagi dari sampah plastik yang tidak terurai yaitu terbentuknya mikroplastik.
Mikroplastik terdiri dari tiga jenis yaitu mikroplastik yang berada di air, mikroplastik yang berada di sedimen, dan mikroplastik yang berada di ikan.
Menurut Reza, mikroplastik yang berada di dalam perut ikan sejumlah 0,25-1,5 partikel/gram ikan. Saat ikan dikonsumsi oleh manusia maka secara tidak langsung telah mengonsumsi mikroplastik yang berada di dalam perut ikan yang kemungkinan juga sudah tercemar dengan polutan lain yang menempel pada mikroplastik tersebut.
Komentar tentang post