Darilaut – Untuk mengantisipasi pasokan air saat anomali La Nina, petani-petani Gunungkidul menyiapkan tampungan berupa dam air di Kali Ngalang untuk mengairi lahan pertanian dan mengendalikan air agar tidak banjir.
Di Gunungkidul, fenomena La Nina diprediksi akan meningkatkan curah hujan 10 hingga 30 persen dalam satu bulan.
Kondisi tersebut berdampak positif, terutama bagi wilayah-wilayah yang biasanya kering, seperti Gunungkidul, akan mendapatkan pasokan air yang cukup, bahkan lebih.
Namun perlu diwaspadai dampak negatifnya, yaitu meningkatnya potensi longsor khususnya di Kecamatan Gedangsari yang secara topografi memang rawan longsor.
“Hal ini bisa diantisipasi dengan melakukan pengaturan tata air. Perlu ada sistem drainase atau suling-suling di lereng-lereng untuk mengalirkan air. juga perlu ditanam tanaman yang mengikat tanah, dan tidak memberikan pembebanan kepada lereng yang berlebih dan tidak memotong lereng,” kata Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati, Selasa (3/11).
BMKG menginisiasi pendirian Sekolah Lapang Iklim (SLI) di Kalurahan Ngalang, Kapanewon Gedangsari, Gunungkidul, Provinsi DI Yogyakarta.
Melalui SLI, petani tetap bisa menggunakan ilmu titen, yang merupakan ilmu tradisional Jawa untuk membaca gejala alam, dikolaborasikan dengan teknologi prakiraan cuaca oleh BMKG.
Komentar tentang post