Darilaut – Pemerintah Libya mengumumkan tiga hari berkabung, setelah badai Daniel menghantam negara yang terletak di Afrika Utara dan berbatasan dengan Laut Tengah (Mediterania).
Cuaca ekstrem yang dibawa Daniel berupa hujan deras menyebabkan banjir dahsyat. Sedikitnya 10.000 orang dilaporkan hilang dan ratusan orang tewas.
Dalam siaran pers Organisasi Meteorologi Dunia (WMO) Selasa (12/9) menjelaskan curah hujan ekstrem akibat badai telah melanda sebagian wilayah Mediterania, menyebabkan banjir besar dan korban jiwa di Libya, negara yang terkena dampak paling parah.
Sebelumnya badai ini menerjang Yunani, Turki, dan Bulgaria.
Palang Merah Internasional melaporkan 10.000 orang hilang. Jumlah korban belum dapat dipastikan, namun ratusan orang dikhawatirkan tewas.
Pusat Meteorologi Nasional Libya mengatakan bahwa badai mencapai puncaknya di timur laut Libya pada 10 September, dengan kecepatan angin kencang 70 – 80 km per jam.
Hal ini menyebabkan gangguan komunikasi, tumbangnya tiang listrik dan pepohonan. Hujan deras antara 150 – 240 mm menyebabkan banjir bandang di beberapa kota, termasuk Al-Bayda yang mencatat curah hujan tertinggi sebesar 414,1 mm.
Banjir bandang juga menyebabkan banyak korban jiwa dan kerugian harta benda yang besar.
Derna adalah kota pelabuhan di Libya timur, lenyap. Bersama dengan penduduknya tersapu air setelah dua bendungan tua runtuh sehingga membuat situasi menjadi bencana dan tidak terkendali, kata Badan Meteorologi Libya.