redaksi@darilaut.id
Selasa, 17 Mei 2022
26 °c
Jakarta
28 ° Sab
27 ° Ming
28 ° Sen
27 ° Sel
Dari Laut Indonesia
Tidak ada hasil
Lihat Semua Hasil
  • Masuk
  • Daftar
  • Home
  • Berita
    • Laporan Khusus
  • Eksplorasi
  • Sampah & Polusi
  • Tips & Trip
    • Biota Eksotis
    • Ide & Inovasi
  • Konservasi
  • Kajian
  • Kesehatan
  • Orca
    • Hiu Paus
  • Bisnis dan Investasi
  • Home
  • Berita
    • Laporan Khusus
  • Eksplorasi
  • Sampah & Polusi
  • Tips & Trip
    • Biota Eksotis
    • Ide & Inovasi
  • Konservasi
  • Kajian
  • Kesehatan
  • Orca
    • Hiu Paus
  • Bisnis dan Investasi
Tidak ada hasil
Lihat Semua Hasil
Dari Laut
Tidak ada hasil
Lihat Semua Hasil

Home » Berita » Bagaimana Kondisi Karang Acropora Tahun 2100, Ini Prediksi LIPI

Bagaimana Kondisi Karang Acropora Tahun 2100, Ini Prediksi LIPI

redaksi redaksi
10 Agustus 2020
Kategori : Berita, Konservasi
Asosiasi terumbu karang dan ikan. FOTO: DARILAUT.ID

Asosiasi terumbu karang dan ikan. FOTO: DARILAUT.ID

Darilaut – Perairan Indonesia memiliki distribusi karang spesies Acropora yang sangat luas. Namun, pemanasan global akibat perubahan iklim dapat mempengaruhi distribusi biota laut, seperti di dalam kawasan konservasi.

Untuk mengetahui bagaimana kondisi karang Acropora di masa mendatang, peneliti Pusat Penelitian Oseanografi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Hadiyanto, menggunakan Species Distribution Modelling (SDM) untuk memprediksi biota laut ‘Acropora’ tahun 2100.

Hasil studi biota laut karang spesies Acropora di Indonesia tersebar di 698 area. Sebanyak 75 persen atau 558 area digunakan untuk membangun model, sedangkan 25 persen atau 140 area digunakan untuk memvalidasi (menguji) model.

Dalam webinar “Biogeografi Karang Indonesia di era anthropocene”, akhir Juli lalu, Hadiyanto mengatakan, hasil modelling menunjukkan bahwa Acropora tersebar luas di perairan Indonesia, terutama di bagian timur.

Tetapi, menurut Hadiyanto, area distribusi Acropora diprediksi menurun sebesar 22,15 persen di masa mendatang pada 2100 akibat pemanasan global, terutama di Indonesia bagian barat.

Hasil ini mirip dengan hasil penelitian Cacciaplagia dan van Woesik (2018) yang telah memprediksi distribusi Porites lobata pada tahun 2100. Penurunan area distribusi Acropora berimplikasi terhadap performa kawasan konservasi di Indonesia.

Sebagai contoh, kawasan konservasi di Simeulue, Nias, dan Siberut diprediksi tidak lagi menjadi tempat perlindungan Acropora di masa mendatang (2100) karena profil lingkungannya sudah tidak sesuai.

“Sebagai jejaring konservasi, perlu dipertimbangkan pengembangan kawasan konservasi di pulau-pulau di sebelah selatan, seperti Sipora dan Pagai, yang diprediksi masih sesuai untuk kehidupan Acropora”, kata Hadiyanto seperti dikutip dari Oseanografi.lipi.go.id.

Menurut Hadiyanto, studi biogeografi berperan penting dalam pengembangan jejaring kawasan konservasi, seperti menentukan biota target.

Beberapa biota target bisa jadi pindah ke area lain yang mungkin berada di luar kawasan konservasi saat ini.

Oleh karena itu, kata Hadiyanto, pengembangan kawasan konservasi baru sebagai jejaring perlu dipertimbangkan agar biota target selalu berada dalam perlindungan kawasan konservasi. Salah satu cara untuk memprediksi distribusi biota laut adalah dengan menggunakan SDM.

Hadiyanto mengatakan, metode ini menganalisa secara kuantitatif kehadiran biota dengan profil lingkungan di sekitarnya. Kemudian diekstrapolasi antar ruang dan waktu.

Species Distribution Modelling terdiri dari tiga komponen utama, yaitu data spesies, data lingkungan, dan modelling.

Data spesies, merupakan data poin yang menunjukkan koordinat di mana spesies tersebut ditemukan dan/atau tidak ditemukan. Data ini dapat berupa kehadiran, kelimpahan, atau persentase tutupan.

Data lingkungan, merupakan data raster yang menunjukkan profil lingkungan dimana spesies tersebut ditemukan dan/atau tidak ditemukan, seperti suhu, salinitas, dan kedalaman.

Modelling dapat dilakukan dengan tiga metode, yaitu profile methods (Bioclim dan Domain), classical regression methods (Linear Model, Generalised Linear Model, dan Generalised Additive Model), atau machine learning methods (Maximum Entropy dan Random Forest).*

Tags: Biota LautP2O LIPIPerubahan IklimTerumbu Karang
Bagikan9Tweet2KirimKirim

Berlangganan untuk menerima notifikasi berita terbaru Dari Laut Indonesia

Berhenti Berlangganan

Related Posts

Ilustrasi siklon tropis. GAMBAR: ZOOM.EARTH
Berita

Bibit Siklon Tropis 91P Tumbuh Dekat Vanuatu

17 Mei 2022
GAMBAR: ZOOM.EARTH
Berita

Gelombang Panas dan Badai Petir Melanda Eropa Barat

17 Mei 2022
Blood moon (Bulan darah) terlihat saat gerhana bulan penumbra di Santiago, pada 15 Mei 2022. FOTO: MARTIN BERNETTI/AFP/SPACE.COM
Berita

Bulan Darah Terlihat Saat Peristiwa Gerhana

16 Mei 2022
Next Post
Ombak dan arus di Pantai Selatan Jawa. FOTO: DARILAUT.ID

Gelombang Tinggi 4 – 6 Meter Berpeluang Terjadi di Perairan Lampung dan Selat Sunda

Setiap tanggal 10 Agustus diperingati sebagai Hari Konservasi Alam Nasional. Peringatan Hari Konservasi Alam Nasional ditetapkan pada 10 Agustus 2009 oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. FOTO: DARILAUT.ID

Peringatan Hari Konservasi Alam Nasional di Berbagai Daerah

Komentar tentang post

Bandung, Indonesia
Selasa, Mei 17, 2022
Mostly Cloudy
24 ° c
72%
11mh
-%
28 c 19 c
Rab
26 c 18 c
Kam
27 c 18 c
Jum
26 c 17 c
Sab

TERBARU

Bibit Siklon Tropis 91P Tumbuh Dekat Vanuatu

Gelombang Panas dan Badai Petir Melanda Eropa Barat

Bulan Darah Terlihat Saat Peristiwa Gerhana

Akan Dikirim ke Manado, KKP Proses Hukum 4.030 kg Sirip Hiu di Baubau

Dua Kapal Rusak Mesin di Perairan Batam

Gunung Awu di Pulau Sangihe Level III

REKOMENDASI

Mati Mesin, Basarnas Evakuasi 4 Nelayan di Perairan Pasir Padi

Arus Balik, KSOP Kepulauan Seribu Tambah Frekuensi Kapal

Isolasi Mandiri Bukan Berarti Diasingkan

Bibit 94W Berpotensi Medium Menjadi Siklon Tropis

Kemenhub Survei Kapal Berbendera Indonesia yang Berlayar di Perairan Internasional

Awak Kapal Jalani Tes Urine di Tarakan

TERPOPULER

  • Komet ISON ini diambil dengan teleskop nasional TRAPPIST di Observatorium La Silla ESO pada 15 November 2013. FOTO: TRAPPIST/E. Jehin/ESO/SPACE.COM

    Kisah Komet ISON yang Hancur Berkeping-keping dan Meredup

    3 bagikan
    Bagikan 1 Tweet 1
  • Sekolah Virtual Mengamati Benda Langit dengan Teleskop Terbesar di Dunia

    3 bagikan
    Bagikan 1 Tweet 1
  • Dr Hawis Madduppa Ahli Keanekaragaman Hayati Laut IPB University Wafat

    3 bagikan
    Bagikan 1 Tweet 1
  • Teknologi Penginderaan Jauh untuk Riset Kelautan

    32 bagikan
    Bagikan 13 Tweet 8
  • Tahun 2022, Pulau Jawa Paling Banyak Kejadian Bencana Alam

    6 bagikan
    Bagikan 2 Tweet 2
  • Bencana Alam Tahun 2022, Lebih Dari 1 Juta Jiwa Mengungsi

    22 bagikan
    Bagikan 9 Tweet 6
  • Kuda Laut, Ikan yang Dipercaya Dapat Menyembuhkan Berbagai Penyakit

    160 bagikan
    Bagikan 68 Tweet 38
  • Tentang
  • Redaksi
  • Disclaimer
  • Terms of Use
  • Kebijakan Privasi
  • Pedoman Pemberitaan Media Siber
Email : redaksi@darilaut.id

© 2018 - 2022 PT Dari Laut Indonesia

Tidak ada hasil
Lihat Semua Hasil
  • Home
  • Berita
  • Laporan Khusus
  • Eksplorasi
  • Sampah & Polusi
  • Tips & Trip
  • Biota Eksotis
  • Ide & Inovasi
  • Konservasi
  • Kajian
  • Kesehatan
  • Orca
  • Hiu Paus
  • Bisnis dan Investasi

© 2018 - 2022 PT Dari Laut Indonesia

Selamat Datang Kembali

Masuk dengan Facebook
Masuk dengan Google+
Atau

Masuk Akun

Lupa Password? Mendaftar

Buat Akun Baru

Mendaftar dengan Facebook
Mendaftar dengan Google+
Atau

Isi formulir di bawah ini untuk mendaftar

*Dengan mendaftar di situs kami, anda setuju dengan Syarat & Ketentuan and Kebijakan Privasi.
Isi semua yang diperlukan Masuk

Ambil password

Masukan username atau email untuk mereset password

Masuk