Sebagai contoh, kawasan konservasi di Simeulue, Nias, dan Siberut diprediksi tidak lagi menjadi tempat perlindungan Acropora di masa mendatang (2100) karena profil lingkungannya sudah tidak sesuai.
“Sebagai jejaring konservasi, perlu dipertimbangkan pengembangan kawasan konservasi di pulau-pulau di sebelah selatan, seperti Sipora dan Pagai, yang diprediksi masih sesuai untuk kehidupan Acropora”, kata Hadiyanto seperti dikutip dari Oseanografi.lipi.go.id.
Menurut Hadiyanto, studi biogeografi berperan penting dalam pengembangan jejaring kawasan konservasi, seperti menentukan biota target.
Beberapa biota target bisa jadi pindah ke area lain yang mungkin berada di luar kawasan konservasi saat ini.
Oleh karena itu, kata Hadiyanto, pengembangan kawasan konservasi baru sebagai jejaring perlu dipertimbangkan agar biota target selalu berada dalam perlindungan kawasan konservasi. Salah satu cara untuk memprediksi distribusi biota laut adalah dengan menggunakan SDM.
Hadiyanto mengatakan, metode ini menganalisa secara kuantitatif kehadiran biota dengan profil lingkungan di sekitarnya. Kemudian diekstrapolasi antar ruang dan waktu.
Species Distribution Modelling terdiri dari tiga komponen utama, yaitu data spesies, data lingkungan, dan modelling.
Data spesies, merupakan data poin yang menunjukkan koordinat di mana spesies tersebut ditemukan dan/atau tidak ditemukan. Data ini dapat berupa kehadiran, kelimpahan, atau persentase tutupan.
Komentar tentang post