Tetangga Afrika Selatan, Mozambik, telah mengalami serangkaian banjir yang menghancurkan selama dekade terakhir, termasuk satu bulan terakhir yang menewaskan lebih dari 50 orang.
“Anda sedang berjuang melawan salah satu insiden terbesar yang pernah kami lihat dan kami pikir ini hanya terjadi di negara lain seperti Mozambik atau Zimbabwe,” kata Ramaphosa kepada para korban.
Meli Sokela, seorang korban yang kehilangan anaknya dalam banjir, mengatakan kepada Reuters bahwa ketika daerah itu tergenang pada Senin malam, dia dapat mendengar suara seperti badai petir yang menghantam atap rumahnya, dan segera setelah itu dinding rumahnya runtuh.
“Tetangga saya, mereka mencoba membantu saya, butuh waktu dua jam. Setelah dua jam saya selamat tetapi sayangnya anak saya tidak selamat,” katanya.
Mengutip AFP (13/4) pemerintah provinsi mengatakan dalam pernyataan sebelumnya bahwa bencana itu “menimbulkan malapetaka yang tak terhitung dan menimbulkan kerusakan besar pada kehidupan dan infrastruktur” yang mempengaruhi semua ras dan kelas, dari daerah pedesaan dan kota-kota hingga perkebunan.
“Ini adalah korban yang tragis dari kekuatan alam dan situasi ini membutuhkan tanggapan yang efektif dari pemerintah,” kata Presiden Ramaphosa.
Ketua Komisi Uni Afrika Moussa Faki Mahamat menyatakan “belasungkawa yang tulus kepada keluarga yang kehilangan orang yang dicintai setelah banjir besar” melalui Twitter.
Komentar tentang post