Darilaut – Pasang maksimum air laut menyebabkan terjadinya banjir pesisir (rob) di wilayah Kota Manado, Sulawesi Utara. Peristiwa ini terjadi pada Selasa (7/12) pukul 18.00 WITA.
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Manado melaporkan tidak ada jiwa mengungsi akibat peristiwa tersebut.
Banjir rob merendam 3 kelurahan di 3 kecamatan yaitu, Kelurahan Titiwungen Selatan di Kecamatan Sario, Kelurahan Karangria di Kecamatan Tuminting, dan Kelurahan Malalayang di Kecamatan Malalayang. Sebanyak 34 KK atau 113 jiwa terdampak akibat kejadian ini.
Banjir rob juga menyebabkan salah satu pusat perbelanjaan Mega Mall Manado terdampak diterjang ombak pasang.
Beberapa kendaraan yang terparkir di pinggir kawasan tersebut terkena hempasan ombak. Selain itu, 21 unit rumah warga juga terdampak.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) setempat telah menyiapkan perlatan dan perlengkapan evakuasi tanggap darurat apabila diperlukan nantinya.
Laporan Pusat Pengendalian Operasi (Pusdalops) BNPB, banjir rob berangsur surut seiring dengan surutnya air laut.
Menurut kajian ina RISK, Kota Manado memiliki tingkat bahaya gelombang dan abrasi sedang hingga tinggi. Enam kecamatan masuk ke dalam kategori tersebut dengan luas bahaya sebesar 1.245 hektar.
BNPB mengimbau masyarakat di sepanjang garis pantai untuk selalu waspada dan siaga akan adanya potensi gelombang tinggi yang dapat menimbulkan bahaya lanjutan seperti banjir dan banjir rob.
Selanjutnya, pemerintah daerah dan masyarakat dapat melakukan mitigasi jangan panjang dengan menanam mangrove serta tanaman lainnya di sepanjang garis pantai untuk meredam gelombang pasang.
Pada 17 Januari 2021, peristiwa naiknya air laut menyebabkan banjir di pesisir Manado. Hal ini karena akumulasi kondisi gelombang tinggi, angin kencang di pesisir dan fase pasang air laut maksimum yang menyebabkan terjadi kenaikan air laut.
Komentar tentang post