Darilaut – Sejak empat tahun berdiri, Bank Sampah Induk Iloheluma Kota Gorontalo, masih belum berjalan secara maksimal.
Bank sampah yang terbentuk pada 1 April 2019 tersebut masih kekurangan sumber daya manusia (SDM), serta peralatan yang belum memadai.
Direktur Bank Sampah Induk Iloheluma, Muhammad Rijal Syukri, menjelaskan bahwa pengelolaan sampah di bank ini untuk sementara masih bergantung kepada pengepul.
Untuk proses konversi sampah ke rupiah sendiri masih bergantung kepada pengepul.
”Kami (masih) memfasilitasi masyarakat secara tidak langsung untuk menjual sampah mereka ke pengepul,” ujar Rizal, Jumat (10/11).
“Hanya saja di bank sampah ini akan diberikan buku tabungan dan lebih terstruktur untuk penjadwalannya.”
Saat ini Bank Sampah Induk Iloheluma dikelola oleh mahasiswa Jurusan Arsitektur Universitas Negeri Gorontalo (UNG) dengan ketua dosen Arsitektur, Rijal Syukri.
Rijal mulai mengelola bank sampah sejak Juli 2020 bersama dengan mahasiswa Arsitektur Peduli Sampah (ASP).
Pejabat Fungsional Penyuluhan Dinas Lingkungan Hidup Kota Gorontalo, Leon Luku, mengatakan, seluruh aktivitas yang dijalankan oleh Bank Sampah Induk Iloheluma berada di dalam pimpinan atau direktur dari bank sampah itu sendiri.
Sesuai dengan surat keputusan (SK) Dinas Lingkungan Hidup Kota Gorontalo, seluruh aktivitas atau program yang ada di Bank Sampah Induk Iloheluma, ”sepenuhnya menjadi wewenang dari Direktur Bank Sampah Induk Iloheluma,” kata Leon, Jumat (10/11).
Program Pegadaian
Bank Sampah Induk Iloheluma dikembangkan PT. Pegadaian (Persero) melalui Program The Gade Clean and Gold: Memilah Sampah Menabung Emas.
Program Coorporate Social Responsibility (CSR) ini kemudian berkolaborasi dengan Pemerintah Kota Gorontalo.
Hingga saat ini bank sampah tersebut masih beroperasi dibawah pengawasan Dinas Lingkungan Hidup Kota Gorontalo.
Bank sampah berbeda dengan pengepul. Meski belum memperoleh pendapatan besar, hingga saat ini pengelolaan bank sampah tetap berjalan.
Bank sampah ini lebih mirip dengan bank konvensinal, bedanya hanya pada sampah. Menurut Rizal, bank sampah lebih terorganisir karena memiliki struktur organisasi.
Bank sampah lebih cocok disamakan dengan bank konvensional. Hanya saja bank konvensional mengelola uang, bank sampah mengelola sampah.
orang-orang lebih memilih pengepul dibandingkan bank sampah. Hal ini karena lewat pengepul langsung dibayar setelah memberikan sampah, sementara di bank sampah ada sistemnya sendiri.
Bank sampah menggunakan sistem menabung. Nasabah yang menabung harus menunggu waktu tiga bulan agar bisa mengambil hasil dari menabung sampah.
Sampah yang diterima pun bukanlah semua jenis sampah. Beberapa jenis sampah yang dapat dibawa ke bank sampah, yaitu sampah plastik bersih, karton, dan buku atau kertas.
Ketika nasabah sudah menabung, kata Rizal, akan diberikan buku tabungan dari pihak bank. (Syawal Nusi)