Darilaut – Moluska banyak digunakan sebagai komoditi bioprospeksi untuk obat-obatan dan nutricosmeuceutical.
Peneliti Pusat Riset Biosistematika dan Evolusi Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Ayu Savitri Nurinsiyah, mengatakan, ekspor moluska dari Indonesia sangat tinggi.
Data Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) contohnya kerang-kerangan sudah mencapai ribuan ton.
“Perlu diingat walaupun kita memiliki banyak sumber daya keanekaragaman hayati, tetapi eksploitasi jangan berlebihan karena akan menyesal begitu sudah tidak ada,” kata Ayu yang juga Ketua Masyarakat Moluska Indonesia (MMI).
Dalam Acara Kuliah Tamu Departemen Biologi Fakultas MIPA Universitas Hasanuddin: Moluska Indonesia “Keanekaragaman, Konservasi dan Pemanfaatan Berkelanjutan”, Selasa (15/11) Ayu mengatakan moluska sangat potensial dimanfaatkan, salah satunya adalah lola merah (Rochia nilotica).
Sebelumnya, menurut Ayu, lola merah masuk ke dalam lindungan karena pemanfaatan tidak berkelanjutan dan dieksploitasi. Pada rentang waktu setelah masuk lindungan, populasi meningkat kembali dan didrop.
Namun saat ini masih dalam pantauan Sekretariat Kewenangan Ilmiah Keanekaragaman Hayati (SKIKH) harus dilihat lagi populasinya agar terjaga keberlanjutan lola merah.
Ayu mengatakan Indonesia merupakan negara pemasok lola merah terbesar kedua di dunia setelah Kepulauan Pasifik.
Komentar tentang post