Darilaut – Aktivis lingkungan (iklim) Filipina menyuarakan perlindungan hak-hak masyarakat adat di Dubai, Uni Emirat Arab, saat berlangsungnya konferensi Perubahan Iklim PBB (COP28).
Aktivis tersebut, Helen Magata dan Josefa Isabel Tauli telah melakukan perjalanan dari pegunungan Filipina hingga ke Dubai.
Misi mereka lebih dari sekadar meningkatkan kesadaran pada COP28 yang sedang berlangsung. Mereka membawa pesan penting untuk keadilan iklim.
Seperti dikutip dari Khaleej Times, ketika KTT Perubahan Iklim PBB yang berlangsung selama dua minggu telah mencapai titik tengah, para aktivis lingkungan seperti Magata dan Tauli semakin mengintensifkan seruan mereka untuk berpartisipasi aktif dalam negosiasi iklim.
Lebih khusus lagi, keterwakilan yang adil dalam dana kerugian dan kerusakan yang baru-baru ini dibentuk.
Dana ini, yang dirancang untuk membantu masyarakat rentan dalam memitigasi biaya akibat meningkatnya bencana yang berhubungan dengan iklim, menandai momen bersejarah pada tanggal 30 November dengan komitmen awal sebesar lebih dari $420 juta yang dipimpin oleh UEA.
Namun, Magata dan Tauli menegaskan bahwa tantangan sebenarnya memastikan bahwa sumber daya keuangan ini disalurkan langsung ke masyarakat yang paling terkena dampak perubahan iklim, khususnya kelompok masyarakat adat, tanpa melibatkan lembaga perantara seperti unit pemerintah atau perusahaan besar.