Darilaut – Peneliti Limnologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) M. Fakhrudin, mengatakan, kondisi daerah aliran sungai (DAS) Ciliwung tiap tahun semakin kritis. Apalagi potensi banjir dari hulu makin bertambah besar kuantitasnya.
Perubahan penggunaan lahan akibat urbanisasi di Jabotabek, terutama di Bekasi dan Bogor, semakin memperparah banjir. Karena itu, perlu pengelolaan DAS Ciliwung untuk mengurangi banjir. DAS berfungsi sebagai sistem hidrologi.
Dalam webinar regional “Banjir Di Masa Covid 19: Kesiapsiagaan, Mitigasi Dan Pengelolaan Bencana“, Rabu (9/9), kata Fakhrudin, prinsipnya air hujan harus diresapkan sebanyak mungkin, sehingga mengurangi aliran sungai dan menambah cadangan air tanah secara masif. Peranan pemerintah dengan konsep zero run off telah mendukung ke arah tersebut.
“Ini menjadi kesempatan bagi Pemerintah Daerah dan masyarakat untuk berkolaborasi melakukan sesuatu yang kecil, namun efeknya sangat luas sekali, misalnya dengan membuat sumur resapan di setiap rumah warga. Tak hanya itu pengingkatan fungsi hutan juga perlu dikontrol, termasuk pelestarian situ untuk pengendalian banjir,” ujar Fakhrudin seperti dikutip dari Lipi.go.id.
Kepala Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwung Cisadane, Bambang Hidayah mengatakan, saat ini konsep penggulangan banjir Jabodetabek terbagi menjadi bagian hulu, tengah dan hilir. Konsep hulu dilakukan dengan kegiatan reboisasi, pengelolaan embung, dam, dan bendungan.
Komentar tentang post