Darilaut – Desa Kurau Barat memiliki 50 jenis mangrove di hutan yang masih alami. Mangrove tersebut berada di Hutan Kemasyarakatan (HKm) Gempa 01 Desa Kurau Barat, Kecamatan Koba, Kabupaten Bangka Tengah, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.
Ketua HKm Gempa 01 Yasir mengatakan, kegiatan utama kelompoknya melakukan kegiatan konservasi, rehabilitasi, dan jasa lingkungan. Untuk rehabilitasi, ada 3 jenis mangrove yang ditanam, yang disesuaikan dengan lingkungan yang ada di sini.
Sejak 2015, kegiatan Rehabilitasi Hutan dan Lahan (RHL) di kawasan ini difokuskan di kawasan muara. Seperti kegiatan RHL yang dilakukan bersama dengan BPDASHL Baturusa Cerucuk pada 2017 seluas 20 hektar.
Menurut Yasir, karena posisinya di muara dan ombak yang relatif besar, mereka menerapkan sistem tabur.
“Dari 20 hektar itu, sekarang sudah hampir mencapai 40 hektar atau dua kali lipatnya areal rehabilitasi, sebagai hasil dari upaya yang dilakukan oleh anggota kami setiap bulannya,” ujar Yasir seperti dikutip dari Ppid.menlhk.go.id.
Yasir mengatakan, masyarakat mendapatkan berbagai manfaat baik dari sisi ekologi maupun ekonomi. Keberadaan mangrove ini dapat mencegah terjadinya banjir yang sebelumnya sering melanda kawasan ini. Dampak ekonomi turut dirasakan juga khususnya oleh nelayan tradisional.
Sebelumnya, kata Yasir, mereka mendapat tangkapan kepiting 1-5 ekor/hari dengan maksimal 1 kg/hari. Setelah ada upaya RHL ekosistem mangrove di sana, mereka sekarang mampu menghasilkan kepiting 1-5 kg/hari.
Tenaga Ahli Menteri Bidang Rehabilitasi Hutan dan Lahan (TAM Bidang RHL) Yuliarto Joko Putranto, mengatakan, ada beberapa teknik yang dikembangkan dalam rehabilitasi mangrove. Misalnya di Desa Kurau Barat ini, teknik yang dikembangkan adalah silvofishery, dengan memadukan budidaya perikanan di areal mangrove.
Dengan harapan, mangrove tetap terjaga dan lestari. Masyarakat juga mendapatkan manfaat yang besar dari ekosistem mangrove.
Menurut Yuliarto, mangrove ini memberikan nilai ekonomi. Dengan adanya hutan mangrove ini, maka ekosistemnya menjadi kaya, karena ada berbagai jenis ikan, burung, kerang, dan kepiting yang menghasilkan nilai ekonomi tinggi.
Sementara itu, Kepala BPDASHL Baturusa Cerucuk, Tekstianto mengatakan, di tahun 2020 BPDASHL Baturusa Cerucuk mendapatkan alokasi RHL mangrove seluas 75 hektar. Lokasi ini tersebar di dua pulau yaitu Pulau Bangka seluas 65 hektar, dan Pulau Belitung 10 hektar.
Untuk menunjang RHL mangrove di Desa Kurau Barat, BPDASHL Baturusa Cerucuk memberikan bantuan bibit untuk persemaian sederhana atau semacam kebun bibit desa sebanyak 100.000 batang mangrove kepada HKm Gempa 01.
Menurut Tekstianto, selain bantuan bibit mangrove yang 100.000 batang tadi, terdapat program bibit gratis untuk masyarakat. Bibit ini berupa jenis tanaman kayu-kayuan maupun MPTS (Multy Purpose Tree Species) sebanyak 700.000 batang. Total tahun ini mendapat alokasi 800.000 batang.
Selain kebun bibit, BPDASHL Baturusa Cerucuk juga membuat terobosan dengan memanfaatkan limbah kemasan plastik air mineral sebagai media bibit, yang selama ini menggunakan polybag.
Penggunaan kemasan air mineral dari sisi teknis juga memiliki kelebihan. Akar bibitnya menjadi lebih compact dibandingkan dengan polybag, sehingga lebih memudahkan dalam proses pemindahan dan penanamannya.
Melalui momentum Hari Mangrove Sedunia, pemerintah mengajak untuk menggelorakan semangat menanam mangrove. Mengingat manfaatnya yang begitu besar, perlu peran serta seluruh elemen bangsa untuk bahu-membahu memberikan kontribusi dalam rehabilitasi dan pelestarian hutan mangrove.
Pada momentum Hari Mangrove Sedunia, pemerintah konsisten untuk terus memperbaiki kualitas lingkungan, termasuk ekosistem mangrove. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan bersama pemerintah daerah serta masyarakat telah melakukan penyelamatan ekosistem mangrove. Rata-rata setiap tahun areal yang ditanami mangrove sekitar 1.000 hektar.
Berdasarkan Peta Mangrove Nasional tahun 2019, luas mangrove Indonesia ± 3,31 juta Ha. Seluas ± 2,67 juta Ha (81 persen) ekosistem mangrove dalam kondisi baik, ± 0,67 juta Ha (19 persen) dalam kondisi kritis dan perlu segera direhabilitasi.*
Komentar tentang post