Sebelumnya, kata Yasir, mereka mendapat tangkapan kepiting 1-5 ekor/hari dengan maksimal 1 kg/hari. Setelah ada upaya RHL ekosistem mangrove di sana, mereka sekarang mampu menghasilkan kepiting 1-5 kg/hari.
Tenaga Ahli Menteri Bidang Rehabilitasi Hutan dan Lahan (TAM Bidang RHL) Yuliarto Joko Putranto, mengatakan, ada beberapa teknik yang dikembangkan dalam rehabilitasi mangrove. Misalnya di Desa Kurau Barat ini, teknik yang dikembangkan adalah silvofishery, dengan memadukan budidaya perikanan di areal mangrove.
Dengan harapan, mangrove tetap terjaga dan lestari. Masyarakat juga mendapatkan manfaat yang besar dari ekosistem mangrove.
Menurut Yuliarto, mangrove ini memberikan nilai ekonomi. Dengan adanya hutan mangrove ini, maka ekosistemnya menjadi kaya, karena ada berbagai jenis ikan, burung, kerang, dan kepiting yang menghasilkan nilai ekonomi tinggi.
Sementara itu, Kepala BPDASHL Baturusa Cerucuk, Tekstianto mengatakan, di tahun 2020 BPDASHL Baturusa Cerucuk mendapatkan alokasi RHL mangrove seluas 75 hektar. Lokasi ini tersebar di dua pulau yaitu Pulau Bangka seluas 65 hektar, dan Pulau Belitung 10 hektar.
Untuk menunjang RHL mangrove di Desa Kurau Barat, BPDASHL Baturusa Cerucuk memberikan bantuan bibit untuk persemaian sederhana atau semacam kebun bibit desa sebanyak 100.000 batang mangrove kepada HKm Gempa 01.
Komentar tentang post