”Apalagi adanya dampak meletusnya Gunung Ruang yang mana udara di Gorontalo ikut terkontaminasi akibat abu vulkanik, tentu ini perlu adanya perhatian khusus,” ujar Ulfa, Jumat (3/5).
Ulfa mengatakan penyakit yang paling banyak terinfeksi akibat polusi udara adalah ISPA (infeksi saluran pernapasan akut).
ISPA dapat disebabkan oleh berbagai macam penyebab, seperti virus, bakteri, atau bahkan jamur. Dampak buruk dari penurunan kualitas udara ini sangat jelas. Terutama yang tinggal di perkotaan, berisiko lebih tinggi terkena ISPA karena paparan polusi udara.
Di Jurusan Kesehatan Masyarakat UNG, kata Ulfa, terdapat praktikum Cassing. Praktikum ini bertujuan untuk mengukur tingkat polusi udara.
Langkah-langkah pencegahan yang dapat dilakukan untuk mencegah penyakit akibat polusi udara yaitu dengan menjaga kondisi tubuh melalui olahraga, makan makanan yang bergizi, tidak sembarangan mengonsumsi jajanan di luar rumah, karena peluang terkontaminasi polusi udara lebih besar akibat asap kendaraan.
Polusi udara, menurut WHO, adalah adanya kontaminasi lingkungan yang ada di dalam atau luar ruangan.
Penyebabnya adalah agen kimia, fisik, biologis, dan lain-lain yang bisa mengubah karakteristik alami atmosfer. Kontaminasi ini pada umumnya terjadi sebagian besar karena aktivitas manusia. Masuknya kontaminan polusi udara dan bahan kimia ke dalam tubuh manusia bisa melalui inhalasi, tertelan (ingesti), dan absorpsi melalui kulit atau membran mukosa. (Novita J. Kiraman)