“Melalui model simulatif, kita dapat mensimulasikan unsur ruang dan waktu, sedangkan dengan model analitis kita dapat melihat generalisasi persamaan dari data secara matematis maupun grafis,” kata Hedi.
Model simulatif Species Distribution Model – MaxEnt dari biota karang Acropora spp. (sebagai biota mayor yang membentuk terumbu karang) dengan proyeksi data lingkungan perubahan iklim dari Bio-Oracle 2.2 dan NASA Ocean Colour Web berdasarkan metodologi dari Simon-Nutbrown et al. (2020).
Model matematis Multivariate Discriminant Analysis dan Correspondence Analysis untuk menguji hasil model simulasi secara langsung di lapangan.
Model hasil analisis menunjukkan bahwa dapat diduga terjadi penurunan hingga lebih dari 50% dari daya dukung lingkungan untuk kehidupan terumbu karang yang optimum di masa mendatang (tahun 2050) pada skenario emisi karbon berdasarkan RCP 2.6; 6.0; dan 8.5.
Selain pH dan suhu air laut, kadar klorofil di air laut, menjadi parameter yang penting dan berkontribusi besar terhadap daya dukung lingkungan untuk terumbu karang.
Kadar klorofil dapat dipergunakan sebagai indikator dari polusi nutrien, seperti nitrogen anorganik, di perairan pesisir.
Model grafis Correspondence dari berbagai lokasi terumbu karang yang dipaparkan, memperlihatkan bahwa kadar nitrogen anorganik yang tinggi berasosiasi dengan wilayah terumbu karang yang mati, patah, ataupun tertutupi oleh tumbuhan alga.
Komentar tentang post