Sementara itu, aplikasi prediksi ini dalam model matematis untuk parameter suhu di area Konservasi Perairan Maleo Donggi Senoro-LNG, Luwuk-Banggai, Sulawesi Tengah selama 2014-2022 memperlihatkan bahwa terdapat dua peristiwa mayor pemutihan karang (2015-2016 dan 2018-2019).
Namun, tutupan terumbu karang tetap terlihat adanya peningkatan tutupan karang sebesar 48% (2014) ke 78% (2022). Melalui model prediksi ini, Hedi menyimpulkan terumbu karang dapat bertahan/berkembang, jika recovery rate low SST > dampak bleaching event pada wilayah perairan terkonservasi dengan baik dan stressor rendah.
Menurut Hedi yang perlu diketahui untuk prediksi modelling ecology terbatas pada faktor predictor lingkungan yang ada saat ini.
Modelling level polusi mendatang berdasarkan RCP 2.6, 4.5, 6.0, dan 8.5 dapat dilakukan untuk memberikan model yang lebih akurat dalam menggambarkan proyeksi sumberdaya terumbu karang yang lebih akurat ke stakeholder.
Beberapa tahun terakhir tekanan terhadap terumbu karang semakin meningkat. Selain dapat rusak secara alami (bencana alam), aktivitas manusia menjadi ancaman paling serius bagi terumbu karang.
Kondisi ini tentunya memberi tekanan pada keberlanjutan terumbu karang sebagai penopang kehidupan di laut.
Kepala Pusat Riset Ekologi dan Etnobiologi mengatakan Jamming Session ini akan menjadi budaya untuk berbagi ilmu terkait kepakaran periset yang ada dalam Pusat Riset Ekologi dan Etnobiologi dan komunitas lainnya. Sekaligus mendorong peluang untuk bekerja sama dan menjalin kolaborasi riset di masa yang akan datang demi mencari solusi terhadap permasalahan yang menimpa biodiversitas Indonesia.
Komentar tentang post