Darilaut – Eksportir udang Indonesia dianjurkan menggarap pasar di luar Amerika Serikat (AS), di tengah upaya pemerintah menyelesaikan persoalan antidumping dan countervailing duties (CVD). Salah satunya, Cina sebagai pasar alternatif untuk komoditas udang Indonesia.
Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) sedang membuka akses pasar alternatif untuk komoditas udang Indonesia di sejumlah negara, baik di kawasan Asia, Afrika maupun Eropa.
“Termasuk juga Timur Tengah, Eropa Timur, Afrika Selatan, tentu penguatan akses pasar udang global dalam rangka membuka pasar non tradisional yang potensial ini penting,” ujar Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono, setelah bertemu dengan perwakilan Shrimp Club Indonesia (SCI) di Jakarta beberapa waktu lalu.
Hal tersebut mengacu pada tingginya pertumbuhan pasar udang Cina yang meningkat sangat siginifikan selama 5 tahun terakhir (2018-2022) yaitu 49% per tahun dan mencapai USD6,3 miliar pada tahun 2022, sementara share Indonesia masih sangat kecil, yaitu baru 1,8% pada tahun tersebut.
Menteri Trenggono juga mendorong konsolidasi dan partisipasi aktif para petambak, supplier, pengolah, asosiasi udang, APRINDO, PPJI, PHRI dan Horeka untuk meningkatkan serapan pasar domestik. Menteri Trenggono juga meminta agar inovasi terus dilakukan untuk menjawab kebutuhan pasar.