Sekretaris Jenderal WMO Prof. Petteri Taalas, mengatakan, dampak El Nino terhadap suhu global biasanya terjadi pada tahun setelah perkembangannya, yakni pada tahun 2024.
Namun karena suhu daratan dan permukaan laut yang mencapai rekor tertinggi sejak bulan Juni, tercatat tahun 2023 berada di jalur yang tepat untuk menjadi tahun terpanas.
“Tahun depan mungkin akan lebih hangat. Hal ini jelas dan tegas disebabkan oleh kontribusi meningkatnya konsentrasi gas rumah kaca yang memerangkap panas dari aktivitas manusia,” kata Prof. Taalas.
Menurut Prof. Taalas, peristiwa ekstrem seperti gelombang panas, kekeringan, kebakaran hutan, hujan lebat, dan banjir akan meningkat di beberapa wilayah, dengan dampak yang besar.
“Itu sebabnya WMO berkomitmen pada inisiatif Peringatan Dini Untuk Semua untuk menyelamatkan nyawa dan meminimalkan kerugian ekonomi,” kata Prof. Taalas.
Rekor terpanas sebelumnya adalah tahun 2016 karena “pukulan ganda” El Nino yang sangat kuat dan perubahan iklim.
Sejak bulan Mei 2023, anomali suhu permukaan laut rata-rata bulanan di Pasifik tengah-timur khatulistiwa telah menghangat secara signifikan, meningkat dari sekitar 0,5 °C di atas rata-rata pada bulan Mei 2023) menjadi sekitar 1,5 °C di atas rata-rata pada bulan September 2023.