Menurut Gusnar, pemutihan karang di Olele sekitar 5 persen. Botutonuo, Botubarani, dan Leato sekitar 10 persen.
”Di Pohe, Tanjung Kramat, Pantai Dulanga, Bongo 15-25 persen,” ujarnya.
”Di Boalemo 10-15 persen, sedangkan Gorontalo Utara 10-15 persen dan Pohuwato 10 persen.”
Pemutihan karang, umumnya disebabkan oleh pemanasan global dan perubahan suhu air laut.
Selain itu, kata Gusnar, pemutihan karang juga bisa disebabkan oleh predator alami karang seperti Bintang Laut Mahkota Duri (Acanthaster plancii).
Faktor lain yang mempengaruhi adalah kekeruhan dan sedimentasi yang tinggi saat hujan.
Beberapa lokasi yang diamati oleh Gusnar, seperti Botubarani, Leato, Pohe, Tanjung Karang, dan Pantai Dulanga, menunjukkan karang hidup tertutup lumpur selama berminggu-minggu. Polip-polipnya kembali bersih setelah terjadi perubahan arus.
”Namun, ada beberapa jenis karang yang tidak dapat bertahan hidup dan mengalami pemutihan, kemudian mati ditutupi oleh alga,” ujarnya.
Gusnar mengatakan umumnya karang yang mengalami pemutihan berada dekat muara sungai atau masih terpengaruh oleh pasokan air sungai yang kuat, sehingga setelah pemutihan banyak karang yang mati saat turun hujan.
”Penggundulan hutan dan kerusakan hutan mangrove yang diubah menjadi tambak, pemukiman, atau industri juga harus dikurangi,” kata Gusnar.