Geofisikawan Australia: Risiko Bencana Dipengaruhi Populasi dan Ekonomi Masyarakat

Gempabumi dan tsunami Palu akhir September 2018. FOTO: DARILAUT.ID

Jakarta – Geofisikawan Australia National University (ANU) Prof Phil Cummins, mengatakan, risiko bencana dapat dipengaruhi oleh beberapa hal dalam masyarakat, diantaranya adalah populasi dan tingkat ekonomi masyarakat.

Di Indonesia, seperti di Pulau Jawa, terjadi peningkatan populasi secara masif di akhir abad ke-20. “Saat terjadi bencana alam gempa, jumlah korban jiwa juga akan tinggi karena tingginya populasi di Pulau Jawa,” ujar Phil, saat kegiatan Public Lecture “Assesing Earthquake/ Tsunami Hazards” kerjasama Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) dengan ANU, di Jakarta, Senin (11/11).

Menurut Phil, tingkat ekonomi di suatu daerah juga memiliki hubungan dengan dampak gencana. “Tingkat kemiskinan juga berpengaruh karena banyaknya bangunan dengan material rendah, ditambah dengan pengetahuan masyarakat yang rendah, dapat memperbesar dampak resiko bencana,” kata Phil.

Pertemuan tersebut menghasilkan kesimpulan masyarakat daerah rawan bencana seharusnya memiliki pengetahuan yang cukup mengenai dampak terjadinya gempa bumi dan mengubah persepsi publik tentang potensi gempa. Selain itu, perlu adanya regulasi terkait dengan penerapan kode bangunan tahan gempa juga peningkatan kesejahteraan.

“Karena masyarakat yang sejahtera memiliki kemampuan untuk berinvestasi dalam kesiapsiagaan menghadapi bencana,” ujarnya.

Sebagai penghuni wilayah rawan bencana alam gempa dan tsunami, masyarakat Indonesia belum sepenuhnya memiliki pemahaman dalam menyikapi bencana alam ini. Upaya-upaya pengurangan risiko bencana belum dapat diterapkan secara maksimal.

Menurut Kepala Pusat Penelittian Kependudukan LIPI, Herry Yogaswara, bencana seperti tsunami dan gempa bumi yang telah terjadi seharusnya bisa memberikan pelajaran sebagai upaya pengurangan risiko bencana lantaran tanda-tanda pascabencana yang dapat terbaca.*

Exit mobile version