Darilaut – Gunungapi Anak Krakatau mengalami erupsi pada Jumat (10/4) pukul 22:35 WIB. Erupsi ini diduga akibat energi yang relatif tidak terlalu besar.
Potensi bahaya dari aktivitas Gunungapi Anak Krakatau saat ini adalah lontaran material lava, aliran lava dan hujan abu lebat di sekitar kawah dalam radius 2 kilo meter dari kawah aktif. Sementara itu, hujan abu yang lebih tipis dapat terpapar di area yang lebih jauh bergantung pada arah dan kecepatan angin.
Aktivitas vulkanik berupa erupsi tipe Strombolian saat ini, lontaran material pijar hanya tersebar di sekitar kawah, yang masih dalam batas kawasan rawan bencana yang direkomendasikan. Erupsi menerus berpotensi terjadi, namun tidak terdeteksi adanya gejala vulkanik yang menuju kepada intensitas erupsi lebih besar.
Pasca penurunan tingkat aktivitas G. Anak Krakatau dari Siaga (Level III) menjadi Waspada (Level II) pada 25 Maret 2019, aktivitas vulkanik G. Anak Krakatau berfluktuasi. Selama Januari hingga Maret 2020 aktivitas erupsi masih terjadi. Erupsi terjadi tidak menerus.
Berikut ini siaran pers aktivitas Gunungapi Anak Krakatau yang dikeluarkan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, Badan Geologi, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Sabtu (11/4):
Pertama, hasil pengamatan visual, selama Januari 2020 terjadi empat kali erupsi pada tanggal 1,7 dan 15. Menghasilkan kolom erupsi berwarna putih kelabu dengan tinggi maksimum 500 meter dari atas puncak. Pada 6 hingga 11 Februari 2020 terjadi rangkaian erupsi. Menghasilkan kolom erupsi berwarna putih kelabu tebal dengan ketinggian maksimum 1000 meter dari atas puncak.
Komentar tentang post