Jakarta – Ikan sidat (Anguilla sp.) bernilai ekonomi tinggi karena banyak permintaan untuk ekspor. Padahal, pasokannya sangat terbatas. Tak heran harganya pun menjadi mahal.
Memang di Indonesia, ikan sidat bukan komoditas yang umum dikonsumsi oleh masyarakat. Popularitasnya kalah dari komoditas-komoditas lainnya yang jauh lebih umum dikonsumsi.
Direktur Jenderal Perikanan Tangkap, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), M Zulficar Mochtar mengatakan, negara yang dikenal memiliki konsumsi ikan sidat yang tinggi adalah Asia Timur, seperti Korea, Jepang, Taiwan dan Tiongkok.
“Permintaan sidat dari negara-negara ini terus mengalami peningkatan,” ujar Zulficar, Senin (26/8).
Untuk benih sidat saja memiliki nilai jual yang sangat tinggi. Harga glass eel ditingkat nelayan mencapai Rp 1,8 juta per kilogram. Penangkapan ini hanya dengan menggunakan alat anco dengan perahu tanpa motor dan motor tempel.
Dari sisi pasokan, hingga saat ini ikan sidat masih merupakan usaha penangkapan dari perairan umum. Benih ikan sidat ditangkap dari alam dan dapat dilakukan pembesaran.
“Jenis sidat sampai saat ini memang masih belum dibudidayakan pada tingkat hatchery, sehingga benihnya sangat tergantung dari penangkapan di alam,” kata Zulficar.
Tidak mengherankan apabila tekanan terhadap pemanfaatan sumber daya perikanan dan habitat sidat semakin tinggi. Sehingga berpengaruh terhadap ketersediaan atau stok alami di perairan.
“Oleh karena itu, kita perlu melalukan upaya-upaya penyusunan kebijakan, aturan, dan upaya-upaya pengelolaan agar sumber daya ikan sidat dapat berkelanjutan,” ujar Zulficar yang juga Ketua Umum Ikatan Sarjana Kelautan (ISKINDO) ini.
Untuk melakukan upaya-upaya dimaksud, sangat jelas dibutuhkan dukungan ketersediaan data statistik sebagai bahan analisis. Pendataan benih ikan sidat antara lain menyangkut volume produksi, lokasi, spesies, alat tangkap yang digunakan, perahu/kapal yang digunakan, jumlah RTP dan lain-lain.
KKP melalui Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap (DJPT) berinisitif secara intensif melalukan pendataan perikanan benih sidat dalam dua tahun terakhir, khususnya di 3 (tiga) lokasi yaitu Sukabumi, Kebumen, dan Cilacap.
Dari hasil pendataan terlihat bahwa ikan sidat yang diperoleh dari alam ini sudah lama diusahakan oleh nelayan kita dengan harga yang bervariasi.*
Komentar tentang post