Indonesia Dikepung 3 Lempeng dan Jalur Gunung Api Paling Aktif di Dunia

Jembatan kuning di Kota Palu, Sulawesi Tengan, ambruk setelah gempa Magnitudo 7,4 disusul tsunami, Jumat 28 September 2018. FOTO: DARILAUT.ID

Darilaut – Posisi Indonesia dikepung 3 lempeng tektonik, yaitu Indo-Australian, Eurasia dan Lempeng Pasifik.

Indonesia juga berada di Pasific Ring of Fire atau jalur rangkaian gunung api paling aktif di dunia yang membentang sepanjang lempeng pasifik. Kondisi ini membuat Indonesia menjadi salah satu negara yang rawan bencana.

Dengan kondisi tersebut, menurut Deputi Ilmu Pengetahuan Sosial dan Kemanusiaan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Tri Nuke Pudjiastuti, LIPI berkomitmen kuat untuk berkontribusi dalam upaya pengurangan risiko bencana melalui ilmu pengetahuan dan teknologi, baik melalui disiplin ilmu eksakta maupun sosial.

Saat acara virtual Talk to Scientist Kajian Multidisiplin Peningkatan Pengurangan Risiko Bencana, Kamis (22/10), Nuke mengatakan, dalam perspektif ilmu sosial, penanganan bencana tidak dapat dilepaskan dari keterlibatan masyarakat.

Nuke membawakan topik “Betapa ilmu pengetahuan harus menjadi dasar pembuatan kebijakan.”

“Pengetahuan masyarakat lokal dapat menjadi modal penting dalam penguranagan risiko bencana dan pemulihan pasca bencana. Namun, pengetahuan masyarakat ini belum terintegrasi secara komprehensif,” ujar Nuke seperti dikutip dari Lipi.go.id.

Deputi Ilmu Pengetahuan Kebumian LIPI, Ocky Karna Radjasa mengatakan, penanganan dan pengurangan risiko bencana erat kaitannya dengan bagaimana meningkatkan kapasitas.

“Tidak hanya sumber daya manusia, tetapi juga sarana prasarana, hingga manajemen terkait integrasi dan kolaborasi dibutuhkan dalam pengurangan risiko bencana,” katanya.

Menurut Ocky, LIPI telah berinisiasi dan kebencanaan adalah salah satu dari topik Prioritas Riset Nasional (PRN) 2020-2024 kategori Multidisiplin dan Lintas Sektor.

Dalam upaya mitigasi termasuk pengurangan risiko bencana, Indonesia dihadapkan pada tantangan yang kompleks terkait karakteristik geologis wilayah dan masyarakat Indonesia yang heterogen. Oleh karena itu, penanganan bencana di Indonesia pun membutuhkan keterlibatan multidisiplin.

Menurut Kepala Pusat Penelitian Kependudukan LIPI, Herry Jogaswara, multidisiplin dalam pengurangan risiko bencana adalah sebuah keharusan karena kompleksitas bencana tersebut.

“Kita juga harus serius melihat pembangunan sumber daya manusia yang sensitif pada kerentanan bencana,” ujarnya.

Hal ini pula yang mengakari terbentuknya Tim Studi Sosial Covid-19 oleh pusat-pusat penelitian sosial di bawah Kedeputian Ilmu Pengetahuan Sosial dan Kemanusiaan LIPI.

Terkait kondisi saat ini, Indonesia tengah dihadapkan pada bencana pandemi, Talk to Scientists menghadirkan Kepala Pusat Bioteknologi LIPI sekaligus Ketua Gugus Tugas Riset Covid-19 LIPI, Puspita Lisdiyanti.

Menurut Puspita, LIPI berperan aktif, mulai dari menyelenggarakan pelatihan relawan penanganan Covid-19. Kemudian, membuat dan mendistribusikan hand sanitizer, memfasilitasi deteksi Covid-19 di Laboratorium Bio-Safety Level 3.

Selain itu, mengembangkan suplemen peningkat daya tahan tubuh melalui bahan herbal Indonesia, serta mengembangkan teknologi-teknologi alat kesehatan.

LIPI juga berkolaborasi dengan disiplin ilmu sosial, Gugus Tugas Riset COVID-19 untuk melakukan Kajian Cepat Studi Sosial Covid-19.

Exit mobile version