Darilaut – Peneliti Biogeokimia, Pusat Penelitian Oseanografi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Aan Johan Wahyudi, mengatakan, Indonesia mampu menurunkan emisi sebanyak 29% secara mandiri.
Jika ada bantuan dari Luar negeri, kata Aan, ditargetkan lebih besar lagi sebanyak 41% emisi yang mampu diturunkan.
“Indonesia masih berpotensi untuk mengurangi laju emisi dengan laut dan lahan hijaunya yang luas. Ekosistem di pesisir seperti hutan mangrove, padang lamun yang kemudian di reklamasi, dikonversi, dijadikan macam-macam produk untuk keperluan pembangunan yang menjadi faktor utama emisi di Indonesia,” ujar Aan dalam acara Podcast Me Versus Science pada hari Rabu (4/8).
Mengutip Oseanografi.lipi.go.id, sejauh ini telah terjadi kesepakatan antar negara di dunia terkait dengan karbon dan juga perubahan iklim.
“Ada Kyoto protocol dan Paris agreement yang pada intinya tiap negara berkomitment untuk menurunkan emisi karbon,” katanya.
Perubahan iklim sebagai fenomena pemanasan global disebabkan berbagai faktor yang berdampak bagi kehidupan manusia.
Hal ini pula yang mendorong minat seorang peneliti Biogeokimia meneliti keterkaitan perubahan iklim yang terjadi di Indonesia bahkan juga dunia.
Aan mengatakan, Biogeokimia masih relatif baru dan merupakan cabang ilmu baru yang diturunkan dari ilmu kimia oseanografi.
Namun, biogeokimia lebih fokus pada mengkaji atau meneliti tentang transfer materi seperti contoh, unsur kimia ada karbon, nitrogen dan lain-lain.
Komentar tentang post