Infeksi Virus Corona Bukan Aib

Ilustrasi

INFEKSI virus corona bukanlah sebuah aib yang harus ditutupi. Mari bersama mencegah stigma yang terjadi pada pasien dan tenaga kesehatan.

Seperti dilansir Klikdokter.com, virus corona masih menjadi isu kesehatan yang hangat sampai hari ini, dan mungkin beberapa bulan ke depan. Sayangnya, virus yang juga disebut Covid-19 ini, memunculkan beberapa stigma di masyarakat yang justru menyedihkan.

Beberapa orang menganggap bahwa menjadi pasien positif coronavirus adalah aib yang menjijikan bagi si penderita, bahkan termasuk keluarganya. Anda harus tahu, terinfeksi virus corona bukan berarti aib.

Sampai Selasa (24/3) sore WIB, angka kasus positif virus corona di Indonesia sudah mencapai 686 orang dengan angka kematian 55 orang.

Semakin hari, penambahan kasus positif ini semakin membuat banyak orang takut dengan penyebaran virus yang pertama kali ditemukan di Kota Wuhan, Tiongkok ini.

Sayangnya, sekarang muncul stigma akibat ketakutan berlebih terhadap penyakit ini. Bahkan, stigma bisa muncul pada orang yang baru menunjukkan gejala ringan, seperti batuk atau bersin saja.

Akhirnya, banyak pasien yang sebenarnya positif virus corona mencoba menutupi agar tidak mendapat stigma. Ini juga dilakukan oleh anggota keluarga yang lain, demi tidak mendapat pandangan buruk dari sekitar.

Menurut psikolog dari KlikDokter, Ikhsan Bella Persada, M Psi, stigma ini muncul karena rasa khawatir berlebih. Jadi bisa disimpulkan bahwa stigma adalah hasil atau produk dari pikiran tidak logis akibat seseorang yang sedang takut.

“Mereka takut dapat stigma sosial dari orang sekitar. Karena misalnya ada orang sekitarnya tahu, tidak usah sampai positif corona, baru gejalanya saja seperti batuk dan pilek, itu sudah bisa bikin orang takut dan tidak mau dekat dengan orang tersebut,” ujar Ikhsan.

Karena itu, kata Ikhsan, daripada dikucilkan oleh pergaulan sosial lebih baik menutupi hal tersebut. Hal ini untuk memenuhi rasa aman dan nyaman dari orang tersebut.

Menurut psikolog muda tersebut, jika sampai ada kasus dikucilkan itu, rasa tidak nyaman akan timbul dari setiap orang yang diperlakukan seperti itu. Sehingga supaya aman, mereka menutupinya.*

Sumber: Klikdokter.com

Exit mobile version