Kondisi ini yang membuat diri dan mental Sita makin ciut. Usaha penyembuhan yang sudah dilakukan seakan sia-sia, energi sirna, dirinya kembali drop.
Hingga akhirnya, Sita memutuskan untuk tidak melihat televisi, tidak membuka sosial media dan membatasi diri dengan alat perangkat komunikasi lainnya.
Awalnya, Sita hampir menang melawan Covid-19, mendadak drop karena batinnya tertekan dan merasa depresi.
Namun pada suatu ketika Sita mulai menyadari bahwa menghadapi Covid-19 dan status Pasien 01 adalah soal dua pilihan, yakni mau berpikir negatif atau positif.
“Kita memiliki dua pilihan. Kita bisa mengambil dan melihat semuanya secara negatif atau melihat semua secara positif,” kata Sita, Sabtu (9/5).
Pikiran Positif
Menurut Sita, pikiran menjadi faktor terbesar dalam upaya penyembuhan dan pemulihan dirinya dari Covid-19. Pikiran yang stres dan depresi dapat melemahkan imunitas yang berdampak pada kerentanan tubuh.
Sebaliknya, dengan berpikiran positif, maka tubuh seakan merespon bentuk baik itu sehingga Covid-19 dapat ditaklukan.
“Karana itu kan menurunkan imune system, ya. Jadi, memang akhirnya gejala-gejala yang sudah hilang, kembali lagi,” ujar Sita.
Setelah menyadari hal itu, Sita menggunakan waktu sebaik mungkin ketika melakukan isolasi mandiri dengan kegiatan yang disukai dan menjadi rutinitas sehari-hari.
Komentar tentang post