Darilaut – Ada tiga pilar yang saling terkoneksi dalam menanggapi perubahan iklim global dan pentingnya upaya adaptasi serta mitigasi. Pilar tersebut yaitu, policy, services, dan science.
Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Dwikorita Karnawati, mengatakan, science harus diintegrasikan dengan policy (kebijakan) dan services.
Untuk mengeksekusi science, “harus diintegrasikan dengan policy (kebijakan) yang akhirnya eksekutornya adalah di services,” kata Dwikorita pada Seminar Nasional yang diselenggarakan Yayasan Perspektif Baru (YPB) didukung oleh Konrad Adenauer Stiftung (KAS) bersama Universitas Tanjungpura dan Universitas Sumatera Utara.
Science merupakan hal yang sangat penting untuk inovasi pengetahuan (knowledge innovation) sejalan dengan perkembangan tantangan fenomena iklim yang terjadi seperti saat ini.
Evolusi iklim 2023 berpeluang besar akan menjadi tahun terpanas sepanjang sejarah pencatatan iklim, mengalahkan saat terjadi El Nino kuat di tahun 2016.
Organisasi Meteorologi Dunia berdasarkan data BMKG di seluruh dunia, menyimpulkan potensi terjadinya global water hotspot.
Dampak dari kenaikan suhu global juga memicu kekhawatiran terkait potensi kekeringan di berbagai belahan dunia, termasuk Amerika Utara dan Selatan, Afrika, Eropa, Asia, dan Australia.