Darilaut – Maskot Hiu Paus jantan yang akan digunakan pada pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah (Pilkada) 2024 telah diluncurkan KPU Provinsi Gorontalo, pada Rabu (1/5).
Maskot ikan hiu paus jantan mendapat sanggahan dari pengurus Woman Institute for Reseach and Empowerment of Gorontalo (Wire-G) Fatra “Atay” Hala.
Bagaimana pendapat aktivis perempuan Gorontalo mengenai makna dan filosofi maskot hiu paus jantan? Reporter Darilaut.id Novita J. Kiraman mewawancarai Fatra Hala, Sabtu (4/5).
KPU Provinsi Gorontalo telah meluncurkan maskot Hiu Paus. Maskot tersebut menuai kontra perihal kesetaraan gender. Sebagai aktivis perempuan di Gorontalo, bagaimana tanggapannya?
Kepemimpinan perempuan hingga kini masih menjadi sebuah paradoks. Alih-alih menjalankan amanah afirmasi positif dengan mempertimbangkan 30% keterwakilan perempuan, dalam peluncuran maskot Pilkada yang baru-baru ini dilaksanakan oleh KPU Provinsi Gorontalo (1 Mei 2024) yang secara makna dan filosofi, salah satunya sangat buta gender.
Maskot ikan hiu jantan ini juga di pakaikan bitu’o (keris) yang disematkan di pinggang. Secara filosofis dapat dimaknai bahwa laki-laki sebagai pemimpin keluarga seyogyanya memiliki sikap yang dapat dijadikan teladan, penuh kasih sayang, dan juga sebagai pelindung dan pengayom keluarga.