redaksi@darilaut.id
Kamis, 4 Maret 2021
26 °c
Jakarta
27 ° Sab
27 ° Ming
27 ° Sen
27 ° Sel
Dari Laut Indonesia
Tidak ada hasil
Lihat Semua Hasil
  • Masuk
  • Daftar
  • Home
  • Berita
    • Laporan Khusus
  • Ekspedisi
  • Sampah & Polusi
  • Tips & Trip
    • Biota Eksotis
    • Ide & Inovasi
  • Konservasi
  • Kajian
  • Kesehatan
  • Orca
    • Hiu Paus
  • Bisnis dan Investasi
  • Home
  • Berita
    • Laporan Khusus
  • Ekspedisi
  • Sampah & Polusi
  • Tips & Trip
    • Biota Eksotis
    • Ide & Inovasi
  • Konservasi
  • Kajian
  • Kesehatan
  • Orca
    • Hiu Paus
  • Bisnis dan Investasi
Tidak ada hasil
Lihat Semua Hasil
Dari Laut
Tidak ada hasil
Lihat Semua Hasil
Home Berita

Karang Mampu Merekam Jejak Iklim Masa Lampau

6 Agustus 2020
Kategori : Berita
Data iklim masa lampau terekam dalam kombinasi karang hidup dan mati. FOTO: DARILAUT.ID

Data iklim masa lampau terekam dalam kombinasi karang hidup dan mati. FOTO: DARILAUT.ID

Darilaut – Peneliti iklim dan lingkungan masa lampau Pusat Penelitian Geoteknologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Sri Yudawati Cahyarini, mengatakan, karang terutama dari jenis Porites, mampu merekam jejak iklim masa lampau dengan baik.

Melansir Lipi.go.id, kandungan unsur jejak perbandingan Sr/Ca dalam karang mampu merekam informasi suhu permukaan laut dan kandungan oxygen isotope. Di dalam karang tersebut mampu menyediakan informasi presipitasi ataupun salinitas.

Kombinasi karang yang hidup dan mati juga dapat menghasilkan data iklim dalam resolusi bulanan dari masa sekarang sampai masa lampau secara kontinyu.

Perlapisan pertumbuhan tahunan karang yang ditunjukkan warna gelap/terang dibawah sinar X (ronsen) menyimpan informasi urut-urutan waktu (chronology).

Hasil penelitian LIPI dari catatan rekaman iklim di karang Teluk Kupang Timor sejak 1914 menunjukkan bahwa variabilitas suhu dan salinitas pada skala antar tahun di wilayah tersebut berkorelasi kuat dengan Indian Ocean Dipole (IOD), sedangkan El Niño Southern Oscillation ENSO hanya berkorelasi dengan suhu.

Studi ini menunjukkan pengaruh mode iklim Indo-Pasifik terhadap variabilitas suhu dan salinitas di jalur arus lintas indonesia (Arlindo) sangat kompleks.

Penelitian terbaru yang diterbitkan di Nature tahun 2020, hasil kerjasama tim peneliti LIPI dengan peneliti dari berbagai negara Australia, Amerika Serikat, Taiwan, dan China menghasilkan rekonstruksi variabilitas IOD menggunakan arsip iklim karang dari wilayah bagian timur Samudra Hindia (yaitu di pesisir barat Sumatra dan selat Sunda).

“Hasil penelitian ini mengungkapkan bahwa fenomena seperti IOD positif seperti yang terjadi pada tahun 2019 lalu dulunya jarang terjadi, namun sekarang peristiwa semacam ini menjadi lebih sering terjadi,” kata Yuda.

Dapat dikatakan, pada abad 20 ini, frekuensi dan intensitas IOD/ENSO terjadi peningkatan, dan diperkirakan akan memburuk jika emisi gas rumah kaca terus meningkat.

Penelitian ini juga menekankan bahwa Samudra Hindia dapat ‘menampung’ peristiwa yang bahkan lebih kuat daripada peristiwa iklim ekstrem yang terjadi pada tahun 2019 lalu. Secara historis, peristiwa kuat seperti tahun 2019 lalu sangat jarang terjadi.

Pada periode di tahun 1675, pernah terjadi iklim ekstrem yang 42 persen lebih kuat daripada peristiwa terkuat yang pernah teramati sejauh ini dalam catatan data pengukuran, yaitu peristiwa El Niño 1997.

Tanpa campur tangan manusia saja, iklim ekstrem seperti peristiwa di periode tahun 1675 pernah terjadi, apalagi pada masa sekarang di mana kerusakan lingkungan makin parah akibat ulah manusia.

Karena itu, kemungkinan bahwa peristiwa ekstrem seperti itu dapat terjadi lagi dengan lebih kuat dan lebih sering.

“Hasil rekonstruksi iklim dari tahun 1240 sampai sekarang, hanya merekam 10 peristiwa iklim ekstrem, dan empat di antaranya terjadi pada kurun waktu 60 tahun terakhir ini,” ujarnya.

Penelitian ini juga menunjukkan bahwa walaupun peristiwa IOD positif dan El Niño dapat terjadi secara independen, namun peristiwa ekstrem IOD yang terjadi dapat juga meningkatkan variabilitas ENSO di Samudra Pasifik.

Kerjasama yang terintegrasi erat antara peneliti yang bekerja dengan data iklim masa sekarang dengan peneliti yang bekerja dengan data iklim masa lampau sangat diperlukan untuk lebih memahami mekanisme iklim di wilayah Indonesia yang sangat kompleks ini.

Hal ini dapat membantu kita menjadi lebih siap dalam menghadapi risiko bencana iklim masa depan.*

Tags: LIPIMitigasi BencanaPerubahan IklimTerumbu Karang
Bagikan1TweetBagikanKirim

Berlangganan untuk menerima notifikasi berita terbaru Dari Laut Indonesia

Berhenti Berlangganan

Related Posts

Tol laut. FOTO: DARILAUT.ID
Berita

Kemenhub Buka Tol Laut Kode T-19

4 Maret 2021
FOTO: LIPI
Berita

Kolaborasi, Kunci Kemandirian Bangsa dalam Penanganan Pandemi

3 Maret 2021
Sampah yang dibuang begitu saja di pinggir pantai. FOTO: DARILAUT.ID
Berita

Aktivitas Perikanan Tangkap Sumbang Limbah Plastik di Lautan

2 Maret 2021
Next Post
Kondisi pascabanjir di Kabupaten Tanggamus, Provinsi Lampung. FOTO: BPBD Tanggamus/BNPB

Banjir di Tanggamus, 8 Eskavator Bersihkan Material Lumpur

Rehabilitasi mangrove dengan mengembangkan silvofishery di Desa Kurau Barat, Kecamatan Koba, Kabupaten Bangka Tengah, Kepulauan Bangka Belitung. Teknik ini memadukan budidaya perikanan di areal mangrove. FOTO: PPID KLHK

Desa Kurau Barat Miliki 50 Jenis Mangrove Alami di Hutan Kemasyarakatan

Komentar tentang post

Bandung, Indonesia
Kamis, Maret 4, 2021
Mostly Cloudy
23 ° c
72%
11mh
-%
27 c 18 c
Rab
26 c 17 c
Kam
27 c 17 c
Jum
25 c 16 c
Sab

TERBARU

Kemenhub Buka Tol Laut Kode T-19

Kolaborasi, Kunci Kemandirian Bangsa dalam Penanganan Pandemi

Aktivitas Perikanan Tangkap Sumbang Limbah Plastik di Lautan

Dampak Siklon Tropis Marian pada Gelombang Laut

Menelusuri Faktor Penyebab Pencemaran Air

Pelatihan Strategi Komunikasi Vaksinasi COVID-19 untuk Percepatan Pemulihan Ekonomi Gorontalo

IDCloudHost | SSD Cloud Hosting Indonesia

REKOMENDASI

Kapal Baruna Jaya BPPT Cari Kotak Hitam Lion Air

2 KRI Terkendala Cuaca Buruk Saat Proses Evakuasi KM Santika Nusantara

KM Lambelu Sudah Bebas Covid-19

Penumpang Kapal Laut Meningkat 8,57 Persen

Indonesia Minta Investigasi Menyeluruh Kasus ABK di Kapal Ikan Tiongkok

Ekspedisi Indonesia PRIMA

TERPOPULER

  • Ikan

    Ini Potensi di 11 Wilayah Pengelolaan Perikanan

    13 bagikan
    Bagikan 13 Tweet 0
  • Enam Aplikasi Digital Nelayan Indonesia

    53 bagikan
    Bagikan 53 Tweet 0
  • Ingin Tahu Sebaran Ikan Tuna dan Cakalang di Indonesia, Ini Lokasinya

    251 bagikan
    Bagikan 251 Tweet 0
  • Pulau Mana Paling Luas Kawasan Terumbu Karang di Indonesia?

    5 bagikan
    Bagikan 5 Tweet 0
  • WPP 715 Tertinggi Persentase Kawasan Konservasi Laut di Indonesia

    18 bagikan
    Bagikan 18 Tweet 0
  • Ternyata Ada Lembaga Pengelola WPP

    3 bagikan
    Bagikan 3 Tweet 0
  • Spesies Unik Pari (Hiu) Lontar…

    4 bagikan
    Bagikan 4 Tweet 0
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kebijakan Privasi
  • Pedoman Pemberitaan Media Siber
Email : redaksi@darilaut.id

© 2018 - 2021 PT Dari Laut Indonesia

Tidak ada hasil
Lihat Semua Hasil
  • Home
  • Berita
  • Laporan Khusus
  • Ekspedisi
  • Sampah & Polusi
  • Tips & Trip
  • Biota Eksotis
  • Ide & Inovasi
  • Konservasi
  • Kajian
  • Kesehatan
  • Orca
  • Hiu Paus
  • Bisnis dan Investasi

© 2018 - 2021 PT Dari Laut Indonesia

Selamat Datang Kembali

Masuk dengan Facebook
Masuk dengan Google+
Atau

Masuk Akun

Lupa Password? Mendaftar

Buat Akun Baru

Mendaftar dengan Facebook
Mendaftar dengan Google+
Atau

Isi formulir di bawah ini untuk mendaftar

*Dengan mendaftar di situs kami, anda setuju dengan Syarat & Ketentuan and Kebijakan Privasi.
Isi semua yang diperlukan Masuk

Ambil password

Masukan username atau email untuk mereset password

Masuk
Go to mobile version