Darilaut – Di beberapa lokasi terdapat tempat terumbu karang dapat bertahan dari dampak buruk perubahan iklim. Para peneliti telah menemukan kantong air di lepas pantai Australia, Mesir, Indonesia, Kenya, Malaysia, Arab Saudi, dan Tanzania.
Para pegiat konservasi berfokus pada tempat perlindungan dan titik-titik karang lainnya dari pemicu stres seperti polusi, penangkapan ikan berlebihan, dan pembangunan pesisir. Harapannya: memberikan peluang terbaik bagi karang untuk bertahan hidup dari perubahan iklim.
Namun, pemutihan yang berulang-ulang telah berkontribusi pada tren yang jelas: karang menghilang. Antara tahun 2009 dan 2018, dunia kehilangan 14 persen tutupan karangnya, menurut studi tahun 2020 dari Global Coral Reef Monitoring Network, yang didukung oleh UNEP.
Masih harus dilihat seberapa mematikan pemutihan yang terjadi tahun ini. Namun jika terjadi kematian dalam skala besar, dampaknya akan sangat besar terhadap kehidupan laut dan manusia.
Hal ini karena karang menopang perikanan pesisir, yang menghidupi 1 miliar orang.
Prospek jangka panjang bagi sebagian besar karang perairan hangat sangat suram. Umat manusia terus mengeluarkan gas rumah kaca yang telah menghangatkan planet ini sekitar 1,2°C sejak masa pra-industri.
Sebagian besar panas tersebut ditelan oleh lautan. Dalam beberapa tahun terakhir, empat indikator utama perubahan iklim – konsentrasi gas rumah kaca, kenaikan permukaan air laut, panas laut, dan pengasaman laut – mencatat rekor baru.