Profesor Kikuchi mendesak agar segera memanggil ambulans jika pembengkakan menyebar dengan cepat, atau jika mereka merasa mengantuk, karena gejala-gejala ini memerlukan perhatian medis yang mendesak.
Warga Jepang, Tabata Toshinaru, berusia 40-an, adalah salah satu pasien yang didiagnosis menderita STSS.
November lalu, Tabata mengalami demam dan kelelahan setelah menyelesaikan pekerjaan sebagai ahli kecantikan. Keesokan harinya, Tabata mengalami pembengkakan dan rasa sakit di bahu kanannya.
Tabata mengunjungi beberapa institusi medis tetapi mereka tidak dapat mengetahui penyebabnya.
Pada hari ketiga, fungsi ginjalnya mulai memburuk.
“Saya mulai mengalami mual juga dan berhenti buang air kecil. Saya pikir saya mungkin mati ketika pembengkakan menyebar dan rasa sakitnya semakin parah,” ujarnya.
Pada hari keempat, Tabata mengunjungi rumah sakit universitas dan didiagnosis menderita STSS. Jaringan yang terinfeksi adalah nekrotik dan segera menjalani operasi.
“Saya bisa mati jika saya tinggal di rumah untuk menunggu dan melihat bagaimana keadaannya,” kata Tabata.
Tabata kemudian bertanya kepada dokter penyebab infeksi, akan tetapi mereka mengatakan tidak dapat menentukannya karena tidak ada cedera yang jelas.
Pandemi Melemahkan Sistem Kekebalan Tubuh