redaksi@darilaut.id
Minggu, 5 Februari 2023
26 °c
Jakarta
28 ° Sab
27 ° Ming
28 ° Sen
27 ° Sel
Dari Laut Indonesia
Tidak ada hasil
Lihat Semua Hasil
  • Masuk
  • Daftar
  • Home
  • Berita
    • Laporan Khusus
    • Pemilu dan Pemilihan
  • Eksplorasi
  • Sampah & Polusi
  • Tips & Trip
    • Biota Eksotis
    • Ide & Inovasi
    • Travel
  • Konservasi
  • Kajian
  • Kesehatan
  • Orca
    • Hiu Paus
  • Bisnis dan Investasi
  • Home
  • Berita
    • Laporan Khusus
    • Pemilu dan Pemilihan
  • Eksplorasi
  • Sampah & Polusi
  • Tips & Trip
    • Biota Eksotis
    • Ide & Inovasi
    • Travel
  • Konservasi
  • Kajian
  • Kesehatan
  • Orca
    • Hiu Paus
  • Bisnis dan Investasi
Tidak ada hasil
Lihat Semua Hasil
Dari Laut
Tidak ada hasil
Lihat Semua Hasil

Home » Berita » Kisah dari Wuhan, Mengatasi Kecemasan atas Pandemik Covid-19

Kisah dari Wuhan, Mengatasi Kecemasan atas Pandemik Covid-19

redaksi redaksi
8 April 2020
Kategori : Berita, Kajian, Kesehatan
FOTO: DARILAUT.ID

FOTO: DARILAUT.ID

Oleh: Patmawaty Taibe (Universitas Bosowa dan Central China Normal University)

“As long as the rate of increase is exponential, no linear solution to fight it will work.”

PERNYATAAN ini penulis dapatkan di linimasa Twitter yang disertai dengan sebuah surat terbuka dari Italia untuk komunitas scientist di seluruh dunia, yang meminta untuk dunia atau negara lain yang masih memiliki jumlah kasus corona minim untuk segera mengambil tindakan untuk melakukan isolasi (lockdown) kepada warganya yang dikarenakan proses penyebaran virus corona sangat cepat dan mematikan.

Penggalan pernyataan tersebut mungkin dapat menggambarkan bagaimana Covid-19 dapat mempengaruhi kesehatan mental individu di masa-masa pendemik ini. Walau pada prinsipnya virus ini dapat berhenti dengan sendirinya kala imunitas atau antibody individu kuat sehingga dapat menangkal virus mematikan ini.

Sebagai orang yang pernah berada di masa-masa lockdown sebuah kota yang merupakan sumber virus (epicentrum COVID-19) yakni kota Wuhan, penulis menyadari betul bahwa kondisi yang dihadapi dunia saat ini sangatlah mencekam, kita dipaksa untuk menghindari kontak dengan manusia lainnya, menaruh curiga dengan orang-orang di sekitar kita sebagai pembawa virus.

Wuhan saat badai Corona menerpa terjadi di akhir musim dingin, dengan kondisi
cuaca yang begitu dingin membuat semua orang menjadi wajar ketika mengalami
batuk-batuk atau tiba-tiba demam, namun dengan adanya virus corona membuat
gejala-gejala tersebut tiba-tiba menjadi menakutkan.

Kami yang dulunya saat terkena flu di musim dingin hanya minum tolak angin, tidur yang cukup dan minum air panas menjadi obat yang mujarab. Kali ini, tidak. Setiap hari mengukur suhu tubuh, mencuci tangan berkali-kali bahkan mencuci tangan setelah menyentuh benda apapun, tanpa kami sadari kami menjadi paranoid dengan penularan wabah Covid-19.

Kami tidak berani untuk keluar apartemen. Kami takut bertemu dengan manusia lainnya. Sebagai mahasiswa perantauan, kami mulai memikirkan keluarga yang jauh di sana, khawatir dikarenakan ada ketakutan terpapar virus dan akan berakhir di negeri nun jauh dari kampung halaman. Yang membuat beban psikologis lebih parah ketika memikirkan keluarga yang juga panik di Tanah Air.

Menghadapi pandemik Covid-19 memanglah menakutkan. Selain karena masa inkubasi yang cukup lama, disertai dengan gejala-gejala yang identik dengan penyakit flu biasa, membuat virus ini sulit untuk dideteksi secara manual, satu-satunya yang membuat kita yakin adalah ketika gejala tersebut disertai demam tinggi dan sesak nafas atau ketika kita mendapatkan hasil uji lab yang menyatakan positif Covid-19.

Tulisan ini diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai kondisi lockdown di kota Wuhan, yang dialami sendiri oleh penulis hingga masa evakuasi dan karantina di Natuna. Saat tulisan ini dibuat, 243 WNI yang dievakuasi dan melalui prosedur karantina oleh pemerintah Indonesia semua dalam kondisi sehat.

Peran Pemerintah dan Kejelasan Informasi

Salah satu hal yang saya ingat betul adanya informasi yang jelas dari pemerintah Tiongkok saat kami mendapatkan pesan berantai yang dikirim melalui nomer ponsel masing-masing, mengenai imbauan untuk peningkatan perilaku bersih, pembagian thermometer, masker, dan sabun pencuci tangan, serta jurnal kondisi suhu tubuh setiap mahasiswa yang harus dilaporkan ke pihak otoritas kampus.

Informasi yang terpusat dari pemerintah Tiongkok melalui otoritas kampus dan koordinasi dengan KBRI secara tidak langsung membuat kami merasa aman. Saat itu kami harus menjawab wawancara media dan mengabarkan mengenai kondisi kami di Wuhan kepada TV di Tanah air. Hal ini kami lakukan untuk membantu memberikan gambaran mengenai kondisi lockdown yang seringkali dikatakan sebagai isolasi.

Pada minggu pertama, kami tidak merasakan isolasi, tapi lebih kepada mengurangi aktivitas di luar rumah. Saat itu saya masih bisa keluar masuk dormitory dan belanja kebutuhan pokok di beberapa toko yang masih buka. Lockdown yang penulis alami adalah tertutupnya transportasi publik, perkantoran, pabrik, sekolah dan universitas ditutup hingga waktu yang tidak ditentukan.

Walau demikian di masa-masa puncaknya endemik seluruh warga tidak dapat keluar dari tempat tinggalnya. Demikian halnya mahasiswa yang tinggal di dormitory.

Mahasiswa disediakan makanan tiga kali sehari dan untuk warga yang tinggal di apartemen secara bergiliran bertugas berbelanja kebutuhan pokok yang dikoordinir oleh pemerintah setempat, penggunaan cash money ditiadakan seluruh pembayaran menggunakan e-money.

Tampak jelas bahwa informasi satu pintu merupakan salah satu cara yang bisa dilaksanakan untuk mengurangi kepanikan masyarakat atas kesimpang-siuran berita yang ada. Peran pemerintah sangat diperlukan untuk mengatasi kepanikan yang bersifat masif di masyarakat.

Social Distancing dan Perilaku Hidup Bersih

Sejak merebaknya wabah Covid-19, social distancing diinstruksikan oleh pemerintah setempat untuk tidak mengadakan kegiatan yang melibatkan kumpulan massa dan menutup fasilitas publik. HCoV-19 (SARS-2) menyebabkan lebih dari 120.000 jiwa terpapar virus tersebut (data per tanggal 16 Maret 2020).

Faktanya virus ini dapat bertahan di permukaan benda tertentu dalam waktu tertentu sangat tergantung dengan jenis permukaan benda. Doremalen, dkk (2020) memaparkan hasil eksperimen kestabilan HCoV-19 memperlihatkan permukaan yang terbuat dari bahan plastik dan stainless steel akan bertahan selama 2 hingga 3 hari. Berdasarkan data tersebut penyebaran virus COVID-19 sangatlah memungkinkan terjadi ketika perilaku masyarakat tidak bersih.

Pembatasan interaksi antar manusia dengan manusia lainnya adalah salah satu cara terbaik untuk menghambat penyebaran wabah ini terjadi. Tidak berarti dengan dihentikannya segala aktivitas publik yang melibatkan kerumunan orang, maka aktivitas harian tidak berjalan.

Walau demikian dampak dari pembatasan bertemunya individu dengan individu lainnya secara bersama-sama akan menyebabkan perubahan-perubahan pada kehidupan masyarakat. Berdiam diri di rumah akan menyebabkan manusia menjadi bosan dan mengkhawatirkan kebutuhan-kebutuhan hidup selanjutnya (khususnya pada masyarakat ekonomi menengah ke bawah).

Namun perlu diingat bahwa ketika aktivitas publik dihentikan bukan berarti masa liburan telah tiba. Sangat perlu diperhatikan bahwa dengan membatasi aktivitas kita di ruang publik akan membantu orang lain, keluarga kita dan diri kita sendiri untuk terhindar dari virus Covid-19.

Menerapkan hidup bersih merupakan hal yang sulit untuk sebagian masyarakat kita. Namun penulis berhipotesis dengan menyadari bahwa virus merupakan partikel kecil yang tidak kasat mata dan bisa berada dimana saja akan membantu meningkatkan kesadaran akan resiko terpapar virus corona.

Tingkatkan Pengetahuan

Penulis mencoba untuk membagi beberapa tips untuk peningkatan kesehatan mental masyarakat yang harus berdiam diri di rumah. Sangatlah wajar jika mengalami kepanikan dan kondisi cemas. Hingga saat ini beberapa WNI yang dari Wuhan masih mengalami trauma ketika mendengar ambulans, ataupun ketika merasakan suhu tubuhnya naik. Pemahaman akan virus Covid-19 akan membantu menurangi rasa cemas.

Memilah Informasi Covid-19

Menjadi lebih bijak dalam memilih informasi merupakan hal yang penting saat ini, khususnya di masa-masa lockdown. Penulis secara pribadi tidak membaca atau melihat berita-berita yang berada di sosial media. Kami memantau perkembangan wabah Covid-19 melalui website terpercaya, yakni yang disediakan WHO dan pemerintah Tiongkok sendiri (melalui account weChat atau alipay).

Isolasi Diri

Resilience adalah hal yang dibutuhkan untuk tetap sehat secara mental di tengah pandemik Covid-19. Resilience adalah kemampuan untuk seseorang menilai, mengatasi, meningkatkan diri ataupun mengubah dirinya dari keterpurukan atau kesengsaraan hidup (Grotberg, 2003).

Saat masa lockdown di Wuhan penulis mencoba menikmati hal-hal kecil setiap harinya, melakukan hobi-hobi yang disenangi seperti memasak. Penulis menyibukkan diri dengan membuat video diary, dan membagi informasi melalui tulisan-tulisan singkat.

Proses-proses lainnya menuju resilience adalah mencoba tetap terkoneksi dengan keluarga dan teman-teman melalui media online, membicarakan hal-hal yang lucu serta berdoa.

Sebagai orang yang bergelut dibidang psikologi, penulis percaya bahwa saat-saat sulit mampu membuat individu dapat melihat keadaan menjadi sebuah pengalaman yang berharga di dalam hidup nanti dan menjadikan penulis menjadi pribadi yang lebih tawakkal dan bijaksana dalam melihat kehidupan.*

Referensi:

Grotberg, E. H. (2003). Resilience for Today: Gaining Strength from Adversity. Greenwood, SC: Praeger Publishers.

Doremalen, N., Bushmaker, T., Morris, D., Holbrook, M., & Gamble, A. (2020).
Aerosol and Surface stability of HCoV-19(SARS-CoV-2) compared to SARSCoV-1. MedRxiv Preprint. doi: https://doi.org/10.1101/2020.03.09.20033217.

Sumber: Desk Relawan Percepatan Penanganan COVID-19 Indonesia/Inventori

Tags: Covid-19Virus Corona
Bagikan10Tweet6KirimKirim

Berlangganan untuk menerima notifikasi berita terbaru Dari Laut Indonesia

Berhenti Berlangganan

Related Posts

Planet Jupiter dengan menggunakan Teleskop Luar Angkasa Hubble, pada 27 Juni 2019. Pada hari Jumat, 3 Februari 2023, para ilmuwan mengatakan telah menemukan 12 bulan baru di sekitar raksasa gas tersebut, dengan jumlah total menjadi 92. FOTO: NASA, ESA, A. Simon/Goddard Space Flight Center, M.H. Wong/University of California, Berkeley via AP
Berita

Pecahkan Rekor di Tata Surya, Jumlah Bulan Jupiter Menjadi 92

5 Februari 2023
Kapal kargo Jepang, Seiryu, tenggelam di Laut Pedalaman Seto Jepang, Kamis (2/2). FOTO: NHK
Berita

Kapal Kargo Tenggelam di Laut Jepang

5 Februari 2023
Kapal kargo MSC Faith kandas di dekat Pulau Batu Berhenti, Kota Batam, pada Selasa (31/1) malam. FOTO: HUBLA
Berita

Kapal Kargo Muat 6153 Kontainer Kandas di Selat Singapura

5 Februari 2023
Next Post
FOTO: DARILAUT.ID

Tak Tepat Memasukkan Wartawan Sebagai Penerima Dana JPS

DESK RELAWAN/BNPB

Sejumlah Ormas Dukung Tim Relawan Gugus Tugas Nasional

Komentar tentang post

REKOMENDASI

Ikuti 5 Tips Aman Ini Sebelum Melakukan Snorkeling

Wartawan dan Media Massa Raih Anugerah Dewan Pers 2021

Siklon Tropis Cody Menguat di Fiji, Tiffany di Australia

Paus Sperma Terdampar di Jembrana

Tuna Sirip Kuning Mulai Masuk ke Teluk Tomini

Basarnas Fokus Pencarian Badan Pesawat

TERBARU

Pecahkan Rekor di Tata Surya, Jumlah Bulan Jupiter Menjadi 92

Kapal Kargo Tenggelam di Laut Jepang

Kapal Kargo Muat 6153 Kontainer Kandas di Selat Singapura

Bibit Siklon Tropis 95S dan 97S Mampu Tingkatkan Potensi Pertumbuhan Awan Hujan

Bibit Siklon Tropis 97S Berkembang di Selatan Bali, 95S di Selatan Jawa

Mata Ikan Tuna Mengandung Omega-3

TERPOPULER

  • Komet C/2022 E3 (ZTF) pada 26 Desember 2022 di Payson, Arizona, Amerika Serikat. Komet ini akan melintas dekat Bumi, termasuk Indonesia, awal Februari 2023. FOTO: CHRIS SCHUR

    Komet Hijau Menghampiri Bumi

    39 bagikan
    Bagikan 16 Tweet 10
  • Penduduk Miskin Gorontalo Bertambah

    9 bagikan
    Bagikan 4 Tweet 2
  • Mengapa Orca Tidak Memangsa Manusia di Alam Liar?

    34 bagikan
    Bagikan 14 Tweet 8
  • Langka, Gerhana Matahari Hybrid Akan Terjadi di Indonesia

    3 bagikan
    Bagikan 1 Tweet 1
  • Pemanasan Laut, Ini Dampak Bagi Ekosistem dan Manusia

    28 bagikan
    Bagikan 11 Tweet 7
  • Kuda Laut, Ikan yang Dipercaya Dapat Menyembuhkan Berbagai Penyakit

    234 bagikan
    Bagikan 99 Tweet 56
  • Teori Spesiasi Geografis Ikan Karang

    29 bagikan
    Bagikan 12 Tweet 7
  • Tentang
  • Redaksi
  • Disclaimer
  • Terms of Use
  • Kebijakan Privasi
  • Pedoman Pemberitaan Media Siber
Email : redaksi@darilaut.id

© 2018 - 2022 PT Dari Laut Indonesia

Tidak ada hasil
Lihat Semua Hasil
  • Home
  • Berita
  • Pemilu dan Pemilihan
  • Laporan Khusus
  • Eksplorasi
  • Sampah & Polusi
  • Tips & Trip
  • Biota Eksotis
  • Ide & Inovasi
  • Konservasi
  • Kajian
  • Kesehatan
  • Orca
  • Hiu Paus
  • Bisnis dan Investasi
  • Travel

© 2018 - 2022 PT Dari Laut Indonesia

Selamat Datang Kembali

Masuk dengan Facebook
Masuk dengan Google+
Atau

Masuk Akun

Lupa Password? Mendaftar

Buat Akun Baru

Mendaftar dengan Facebook
Mendaftar dengan Google+
Atau

Isi formulir di bawah ini untuk mendaftar

*Dengan mendaftar di situs kami, anda setuju dengan Syarat & Ketentuan and Kebijakan Privasi.
Isi semua yang diperlukan Masuk

Ambil password

Masukan username atau email untuk mereset password

Masuk