Oleh: Patmawaty Taibe (Universitas Bosowa dan Central China Normal University)
“As long as the rate of increase is exponential, no linear solution to fight it will work.”
PERNYATAAN ini penulis dapatkan di linimasa Twitter yang disertai dengan sebuah surat terbuka dari Italia untuk komunitas scientist di seluruh dunia, yang meminta untuk dunia atau negara lain yang masih memiliki jumlah kasus corona minim untuk segera mengambil tindakan untuk melakukan isolasi (lockdown) kepada warganya yang dikarenakan proses penyebaran virus corona sangat cepat dan mematikan.
Penggalan pernyataan tersebut mungkin dapat menggambarkan bagaimana Covid-19 dapat mempengaruhi kesehatan mental individu di masa-masa pendemik ini. Walau pada prinsipnya virus ini dapat berhenti dengan sendirinya kala imunitas atau antibody individu kuat sehingga dapat menangkal virus mematikan ini.
Sebagai orang yang pernah berada di masa-masa lockdown sebuah kota yang merupakan sumber virus (epicentrum COVID-19) yakni kota Wuhan, penulis menyadari betul bahwa kondisi yang dihadapi dunia saat ini sangatlah mencekam, kita dipaksa untuk menghindari kontak dengan manusia lainnya, menaruh curiga dengan orang-orang di sekitar kita sebagai pembawa virus.
Wuhan saat badai Corona menerpa terjadi di akhir musim dingin, dengan kondisi
cuaca yang begitu dingin membuat semua orang menjadi wajar ketika mengalami
batuk-batuk atau tiba-tiba demam, namun dengan adanya virus corona membuat
gejala-gejala tersebut tiba-tiba menjadi menakutkan.
Komentar tentang post