Pada tahun 2010 ketika riset ini dimulai, dilaporkan ketebalan es mencapai 32 meter.
Namun, seiring perubahan iklim yang terjadi di dunia, hingga tahun 2015, laju penurunan ketebalan es satu meter per tahun.
Kondisi kian buruk tatkala pada tahun 2015-2016, Indonesia dilanda fenomena El Nino. Suhu permukaan menjadi lebih hangat. Akibatnya, gletser di Puncak Jaya mencair hingga lima meter per tahun.
Pada tahun 2015-2022, laju penurunan es terus terjadi dan seakan tidak terhenti.
Catatan BMKG memperlihatkan bahwa pada periode tersebut, ketebalan es mencair sebanyak 2,5 meter per tahun. Diperkirakan ketebalan es yang tersisa pada Desember 2022 hanya 6 meter.
Sementara itu, tutupan es pada tahun 2022 berada di angka 0,23 km2 atau turun sekitar 15% dari luasan pada bulan Juli tahun 2021 yaitu 0,27 km2.
“Fenomena El Nino tahun 2023 ini berpotensi untuk mempercepat kepunahan tutupan es Puncak Jaya,” ujar Kepala BMKG Dwikorita Karnawati, Selasa (22/8).
Kepunahan salju abadi di Puncak Jaya berdampak besar bagi berbagai aspek kehidupan di wilayah tersebut dan ekosistem yang ada di sekitar salju abadi menjadi rentan dan terancam.
Dampak lain dari mencairnya es di Puncak Jaya adalah adanya kontribusi terhadap peningkatan tinggi muka laut secara global.
Komentar tentang post