redaksi@darilaut.id
Rabu, 22 Maret 2023
26 °c
Jakarta
28 ° Sab
27 ° Ming
28 ° Sen
27 ° Sel
Dari Laut Indonesia
Tidak ada hasil
Lihat Semua Hasil
  • Masuk
  • Daftar
  • Home
  • Berita
    • Laporan Khusus
    • Pemilu dan Pemilihan
  • Eksplorasi
  • Sampah & Polusi
  • Tips & Trip
    • Biota Eksotis
    • Ide & Inovasi
    • Travel
  • Konservasi
  • Kajian
  • Kesehatan
  • Orca
    • Hiu Paus
  • Bisnis dan Investasi
  • Home
  • Berita
    • Laporan Khusus
    • Pemilu dan Pemilihan
  • Eksplorasi
  • Sampah & Polusi
  • Tips & Trip
    • Biota Eksotis
    • Ide & Inovasi
    • Travel
  • Konservasi
  • Kajian
  • Kesehatan
  • Orca
    • Hiu Paus
  • Bisnis dan Investasi
Tidak ada hasil
Lihat Semua Hasil
Dari Laut
Tidak ada hasil
Lihat Semua Hasil

Home » Berita » Komet Hijau Menghampiri Bumi

Komet Hijau Menghampiri Bumi

redaksi redaksi
31 Januari 2023
Kategori : Berita
Komet C/2022 E3 (ZTF) pada 26 Desember 2022 di Payson, Arizona, Amerika Serikat. Komet ini akan melintas dekat Bumi, termasuk Indonesia, awal Februari 2023. FOTO: CHRIS SCHUR

Komet C/2022 E3 (ZTF) pada 26 Desember 2022 di Payson, Arizona, Amerika Serikat. Komet ini akan melintas dekat Bumi, termasuk Indonesia, awal Februari 2023. FOTO: CHRIS SCHUR

Darilaut – Komet hijau dengan nama resmi C/2022 E3 (ZTF) sedang menghampiri Bumi dengan jarak paling dekat pada awal Februari ini. Komet ini hanya dapat disaksikan sekali seumur hidup.

Mengutip Kantor Berita Associated Press (AP) komet hijau melesat ke arah Bumi setelah 50.000 tahun. Komet ini mendekati Bumi dalam jarak 26 juta mil (42 juta kilometer) dari Bumi Rabu sebelum melaju lagi, tidak mungkin kembali selama jutaan tahun.

Saat melintas dekat Bumi, menurut Peneliti Pusat Riset Antariksa Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Andi Pangerang, komet ini sudah dapat disaksikan di seluruh Indonesia sejak tanggal 1 Februari pukul 18.30 hingga 2 Februari pukul 02.30 waktu setempat (sesuai zona waktu masing-masing) dari arah Utara dekat konstelasi Camelopardalis.

Andi mengatakan, komet ini hanya melintas satu kali dalam seumur hidup karena orbitnya yang berbentuk hiperbola.

Orbit hiperbola adalah orbit yang mempunyai nilai kelonjongan atau eksentrisitas lebih besar dari satu, sehingga membentuk kurva terbuka di kedua titik fokusnya.

Komet hijau yang tidak berbahaya ini sudah terlihat di langit malam di utara dengan teropong dan teleskop kecil, dan mungkin dengan mata telanjang di sudut tergelap Belahan Bumi Utara.

Diperkirakan akan cerah saat semakin dekat dan naik lebih tinggi di atas cakrawala hingga akhir Januari, dan paling baik dilihat pada dini hari. Pada 10 Februari, komet hijau akan berada di dekat Mars.

Pengamat langit di Belahan Bumi Selatan harus menunggu sampai bulan depan untuk melihat sekilas.

Banyak komet telah menghiasi langit selama setahun terakhir. “Komet ini mungkin tampak sedikit lebih besar dan karena itu sedikit lebih terang dan datang sedikit lebih dekat ke orbit Bumi,” kata pelacak komet dan asteroid NASA, Paul Choda, mengutip AP.

Komet ini ditemukan Maret lalu oleh para astronom menggunakan Zwicky Transient Facility, kamera lapangan lebar di Caltech’s Palomar Observatory. Hal ini menjelaskan nama resminya yang rumit: comet C/2022 E3 (ZTF).

Zwicky Transient Facility adalah nama dari sebuah fasilitas pengamatan astronomis dengan medan pandang yang lebar, yang menggunakan kamera yang terhubung dengan teleskop Samuel Oschin di Observatorium Palomar, California, Amerika Serikat.

Pada hari Rabu, komet akan meluncur antara orbit Bumi dan Mars dengan kecepatan relatif 128.500 mph (207.000 kilometer). Intinya diperkirakan sekitar satu mil (1,6 kilometer), dengan ekornya yang memanjang.

Komet tersebut diperkirakan tidak akan seterang Neowise pada tahun 2020, atau Hale-Bopp dan Hyakutake pada pertengahan hingga akhir 1990-an.

Astronom University of Hawaii Karen Meech menjelaskan komet itu akan cerah karena jaraknya yang dekat dengan Bumi yang memungkinkan para ilmuwan untuk melakukan lebih banyak eksperimen dan publik dapat melihat komet yang indah.

Para ilmuwan yakin dalam perhitungan orbit mereka menempatkan ayunan terakhir komet melalui lingkungan planet tata surya pada 50.000 tahun yang lalu. Tapi mereka tidak tahu seberapa dekat itu datang ke Bumi atau apakah itu bahkan terlihat oleh Neanderthal, kata Chodas, Direktur Pusat Studi Objek Dekat Bumi di Jet Propulsion Laboratory NASA di California.

Setiap kali komet mengitari matahari dan planet-planet, tarikan gravitasinya sedikit mengubah jalur bola es, yang mengarah ke perubahan arah besar seiring waktu. Semburan debu dan gas mengalir dari komet saat memanas di dekat matahari.

“Kami tidak mengetahui persis berapa banyak mereka mendorong komet ini,” kata Chodas.

Komet – sebuah kapsul waktu dari tata surya yang muncul 4,5 miliar tahun yang lalu – berasal dari apa yang dikenal sebagai Awan Oort jauh di luar Pluto. Komet membentang lebih dari seperempat jalan menuju bintang berikutnya.

Menurut Chodas, meskipun komet ZTF berasal dari tata surya, kita tidak dapat memastikan akan tetap berada di sana. Jika dikeluarkan dari tata surya, komet ini tidak akan pernah kembali.

Melintasi Indonesia

Komet C/2022 E3 (ZTF) diperkirakan akan melintas dekat Bumi, termasuk Indonesia, pada awal Februari 2023. Komet ini dapat diamati tanpa menggunakan alat bantu optik.

Menurut Andi, komet ini diperkirakan akan melintas dekat Bumi pada 2 Februari pukul 00.32 WIB / 01.32 WITA / 02.32 WIT pada jarak 42.472.000 km dari Bumi.

Kecerlangan komet ini saat melintas dekat Bumi mencapai +4,94. Sehingga, komet ini memungkinkan dapat diamati menggunakan mata kepala untuk wilayah berpolusi cahaya sangat rendah (daerah pedalaman) hingga ringan (daerah pedesaan).

Sementara, untuk wilayah berpolusi cahaya sedang (daerah pinggir kota / suburban) hingga tinggi (daerah perkotaan/urban) cukup sulit mengamati komet ini.

Pada tanggal 30 Januari, komet dapat disaksikan hingga pukul 05.30 waktu setempat di arah Utara.

Sementara pada 31 Januari, komet terbenam pukul 04.00 waktu setempat dan waktu terbenam komet akan lebih cepat setiap harinya.

Tanggal 1 Februari, ketampakan awal komet selalu terjadi setelah Matahari terbenam dikarenakan waktu terbit komet terjadi sebelum Matahari terbenam.

Komet ini dapat diamati tanpa menggunakan alat bantu optik untuk daerah pedalaman dan pedesaan hingga 13 Februari, sejak pukul 18.30 hingga 01.00 waktu setempat dari arah Utara hingga Barat dekat konstelasi Taurus.

Sumber: Lapan.go.id dan Apnews.com (AP)

Tags: AstronomiBRINFenomena LangitKometKomet C/2022 E3NASA
Bagikan16Tweet10KirimKirim

Berlangganan untuk menerima notifikasi berita terbaru Dari Laut Indonesia

Berhenti Berlangganan

Related Posts

Alat bantu optik, teleskop. FOTO: DARILAUT.ID
Berita

Hari Ini Kemenag Menggelar Sidang Isbat dan Rukyatul Hilal

22 Maret 2023
Ilustrasi air. FOTO: DARILAUT.ID
Berita

Pengelolaan Air Solusi Ampuh Beradaptasi dengan Dampak Perubahan Iklim

22 Maret 2023
Proyek Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi Muara Laboh, Indonesia, membantu memajukan Indonesia menuju tujuan energi terbarukan dan mitigasi perubahan iklim. FOTO: ADB/Gerhard Joren/UN.ORG
Berita

Mengurangi Emisi, PBB Mengusulkan Pakta Solidaritas Iklim

21 Maret 2023
Next Post
Gerhana Matahari Cincin. FOTO: BMKG

Langka, Gerhana Matahari Hybrid Akan Terjadi di Indonesia

Komet hijau dengan nama resmi komet C/2022 E3 (ZTF) pada 28 Januari 2023. FOTO: DAN BARTLETT/ASTROBIN.COM

Hari Ini dan Besok Komet Hijau Berada Paling Dekat dengan Bumi

Komentar tentang post

REKOMENDASI

KKP Kembangkan Sistem Rantai Dingin dan Logistik

Supermoon, Pukul 01.08 WIB Bulan Dekat dengan Bumi

Teror Doxing, Liputan6com Tempuh Jalur Hukum

Pengelolaan dan Penanganan Limbah Medis

Topan Noru Mendarat di Vietnam

Long boat Kandas di Kolaka, 18 Penumpang Selamat

TERBARU

Hari Ini Kemenag Menggelar Sidang Isbat dan Rukyatul Hilal

Pengelolaan Air Solusi Ampuh Beradaptasi dengan Dampak Perubahan Iklim

Mengurangi Emisi, PBB Mengusulkan Pakta Solidaritas Iklim

Laporan Terbaru IPCC, Cuaca Ekstrem Meningkatkan Risiko Bagi Kesehatan Manusia dan Ekosistem

Bahaya Mikroplastik, Menteri KKP Mengajak untuk Menjaga Produk Perikanan Bermutu

IPCC Akan Merilis Laporan Iklim Terbaru

TERPOPULER

  • Pemusnahan 60 kg olahan ikan beserta barang lainnya berupa olahan daging dan bumbu makanan di Ternate, Maluku Utara. FOTO: KKP

    Tidak Memiliki Izin Edar, 60 Kg Ikan Olahan Dimusnahkan di Ternate

    57 bagikan
    Bagikan 23 Tweet 14
  • Pemanasan Laut, Ini Dampak Bagi Ekosistem dan Manusia

    39 bagikan
    Bagikan 16 Tweet 10
  • Pesantren Hubulo Gorontalo Mulai Mengolah Sorghum Menjadi Gula dan Tepung

    5 bagikan
    Bagikan 3 Tweet 1
  • Ini Potensi di 11 Wilayah Pengelolaan Perikanan

    739 bagikan
    Bagikan 305 Tweet 181
  • Mengapa Orca Tidak Memangsa Manusia di Alam Liar?

    50 bagikan
    Bagikan 21 Tweet 12
  • Berhati-hati Menggunakan Media Sosial, Hindari Pasal 27 UU ITE

    2 bagikan
    Bagikan 1 Tweet 1
  • MyOcean, Aplikasi Gratis Data Kondisi Laut

    46 bagikan
    Bagikan 18 Tweet 12
  • Tentang
  • Redaksi
  • Disclaimer
  • Terms of Use
  • Kebijakan Privasi
  • Pedoman Pemberitaan Media Siber
Email : redaksi@darilaut.id

© 2018 - 2022 PT Dari Laut Indonesia

Tidak ada hasil
Lihat Semua Hasil
  • Home
  • Berita
  • Pemilu dan Pemilihan
  • Laporan Khusus
  • Eksplorasi
  • Sampah & Polusi
  • Tips & Trip
  • Biota Eksotis
  • Ide & Inovasi
  • Konservasi
  • Kajian
  • Kesehatan
  • Orca
  • Hiu Paus
  • Bisnis dan Investasi
  • Travel

© 2018 - 2022 PT Dari Laut Indonesia

Selamat Datang Kembali

Masuk dengan Facebook
Masuk dengan Google+
Atau

Masuk Akun

Lupa Password? Mendaftar

Buat Akun Baru

Mendaftar dengan Facebook
Mendaftar dengan Google+
Atau

Isi formulir di bawah ini untuk mendaftar

*Dengan mendaftar di situs kami, anda setuju dengan Syarat & Ketentuan and Kebijakan Privasi.
Isi semua yang diperlukan Masuk

Ambil password

Masukan username atau email untuk mereset password

Masuk