Darilaut – Komet hijau dengan nama resmi C/2022 E3 (ZTF) sedang menghampiri Bumi dengan jarak paling dekat pada awal Februari ini. Komet ini hanya dapat disaksikan sekali seumur hidup.
Mengutip Kantor Berita Associated Press (AP) komet hijau melesat ke arah Bumi setelah 50.000 tahun. Komet ini mendekati Bumi dalam jarak 26 juta mil (42 juta kilometer) dari Bumi Rabu sebelum melaju lagi, tidak mungkin kembali selama jutaan tahun.
Saat melintas dekat Bumi, menurut Peneliti Pusat Riset Antariksa Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Andi Pangerang, komet ini sudah dapat disaksikan di seluruh Indonesia sejak tanggal 1 Februari pukul 18.30 hingga 2 Februari pukul 02.30 waktu setempat (sesuai zona waktu masing-masing) dari arah Utara dekat konstelasi Camelopardalis.
Andi mengatakan, komet ini hanya melintas satu kali dalam seumur hidup karena orbitnya yang berbentuk hiperbola.
Orbit hiperbola adalah orbit yang mempunyai nilai kelonjongan atau eksentrisitas lebih besar dari satu, sehingga membentuk kurva terbuka di kedua titik fokusnya.
Komet hijau yang tidak berbahaya ini sudah terlihat di langit malam di utara dengan teropong dan teleskop kecil, dan mungkin dengan mata telanjang di sudut tergelap Belahan Bumi Utara.
Diperkirakan akan cerah saat semakin dekat dan naik lebih tinggi di atas cakrawala hingga akhir Januari, dan paling baik dilihat pada dini hari. Pada 10 Februari, komet hijau akan berada di dekat Mars.
Pengamat langit di Belahan Bumi Selatan harus menunggu sampai bulan depan untuk melihat sekilas.
Banyak komet telah menghiasi langit selama setahun terakhir. “Komet ini mungkin tampak sedikit lebih besar dan karena itu sedikit lebih terang dan datang sedikit lebih dekat ke orbit Bumi,” kata pelacak komet dan asteroid NASA, Paul Choda, mengutip AP.
Komet ini ditemukan Maret lalu oleh para astronom menggunakan Zwicky Transient Facility, kamera lapangan lebar di Caltech’s Palomar Observatory. Hal ini menjelaskan nama resminya yang rumit: comet C/2022 E3 (ZTF).
Zwicky Transient Facility adalah nama dari sebuah fasilitas pengamatan astronomis dengan medan pandang yang lebar, yang menggunakan kamera yang terhubung dengan teleskop Samuel Oschin di Observatorium Palomar, California, Amerika Serikat.
Pada hari Rabu, komet akan meluncur antara orbit Bumi dan Mars dengan kecepatan relatif 128.500 mph (207.000 kilometer). Intinya diperkirakan sekitar satu mil (1,6 kilometer), dengan ekornya yang memanjang.
Komet tersebut diperkirakan tidak akan seterang Neowise pada tahun 2020, atau Hale-Bopp dan Hyakutake pada pertengahan hingga akhir 1990-an.
Astronom University of Hawaii Karen Meech menjelaskan komet itu akan cerah karena jaraknya yang dekat dengan Bumi yang memungkinkan para ilmuwan untuk melakukan lebih banyak eksperimen dan publik dapat melihat komet yang indah.
Para ilmuwan yakin dalam perhitungan orbit mereka menempatkan ayunan terakhir komet melalui lingkungan planet tata surya pada 50.000 tahun yang lalu. Tapi mereka tidak tahu seberapa dekat itu datang ke Bumi atau apakah itu bahkan terlihat oleh Neanderthal, kata Chodas, Direktur Pusat Studi Objek Dekat Bumi di Jet Propulsion Laboratory NASA di California.
Setiap kali komet mengitari matahari dan planet-planet, tarikan gravitasinya sedikit mengubah jalur bola es, yang mengarah ke perubahan arah besar seiring waktu. Semburan debu dan gas mengalir dari komet saat memanas di dekat matahari.
“Kami tidak mengetahui persis berapa banyak mereka mendorong komet ini,” kata Chodas.
Komet – sebuah kapsul waktu dari tata surya yang muncul 4,5 miliar tahun yang lalu – berasal dari apa yang dikenal sebagai Awan Oort jauh di luar Pluto. Komet membentang lebih dari seperempat jalan menuju bintang berikutnya.
Menurut Chodas, meskipun komet ZTF berasal dari tata surya, kita tidak dapat memastikan akan tetap berada di sana. Jika dikeluarkan dari tata surya, komet ini tidak akan pernah kembali.
Melintasi Indonesia
Komet C/2022 E3 (ZTF) diperkirakan akan melintas dekat Bumi, termasuk Indonesia, pada awal Februari 2023. Komet ini dapat diamati tanpa menggunakan alat bantu optik.
Menurut Andi, komet ini diperkirakan akan melintas dekat Bumi pada 2 Februari pukul 00.32 WIB / 01.32 WITA / 02.32 WIT pada jarak 42.472.000 km dari Bumi.
Kecerlangan komet ini saat melintas dekat Bumi mencapai +4,94. Sehingga, komet ini memungkinkan dapat diamati menggunakan mata kepala untuk wilayah berpolusi cahaya sangat rendah (daerah pedalaman) hingga ringan (daerah pedesaan).
Sementara, untuk wilayah berpolusi cahaya sedang (daerah pinggir kota / suburban) hingga tinggi (daerah perkotaan/urban) cukup sulit mengamati komet ini.
Pada tanggal 30 Januari, komet dapat disaksikan hingga pukul 05.30 waktu setempat di arah Utara.
Sementara pada 31 Januari, komet terbenam pukul 04.00 waktu setempat dan waktu terbenam komet akan lebih cepat setiap harinya.
Tanggal 1 Februari, ketampakan awal komet selalu terjadi setelah Matahari terbenam dikarenakan waktu terbit komet terjadi sebelum Matahari terbenam.
Komet ini dapat diamati tanpa menggunakan alat bantu optik untuk daerah pedalaman dan pedesaan hingga 13 Februari, sejak pukul 18.30 hingga 01.00 waktu setempat dari arah Utara hingga Barat dekat konstelasi Taurus.
Sumber: Lapan.go.id dan Apnews.com (AP)
Komentar tentang post