Darilaut – Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, Badan Geologi – Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, merekomendasikan bangunan di Kabupaten Cianjur harus dibangun menggunakan konstruksi tahan gempa bumi guna menghindari dari risiko kerusakan.
Selain itu juga harus dilengkapi dengan jalur dan tempat evakuasi, kata Pusat Vulkanologi.
Gempa bumi yang terjadi di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, pada Senin (21/11) akibat aktivitas sesar aktif yang belum diketahui karakteristiknya.
Menutut Pusat Vulkanologi Keberadaan sesar aktif tersebut hingga kini belum diketahui dengan baik karakteristiknya dan lokasinya berada pada bagian timur laut zona sesar Cimandiri.
Wilayah Kabupaten Cianjur tergolong rawan gempa bumi, maka harus ditingkatkan upaya mitigasi melalui mitigasi struktural dan non struktural.
Menurut Pusat Vulkanologi kejadian gempa bumi ini diperkirakan berpotensi mengakibatkan terjadinya bahaya sesar permukaan dan bahaya ikutan (collateral hazard) berupa retakan tanah, penurunan tanah, gerakan tanah dan likuefaksi.
Melalui laman vsi.esdm.go.id, Pusat Vulkanologi mengimbau agar masyarakat tetap tenang, mengikuti arahan serta informasi dari petugas Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) setempat. Tetap waspada dengan kejadian gempa bumi susulan. Jangan terpancing oleh isu yang tidak bertanggung jawab mengenai gempa bumi.
Bagi penduduk yang rumahnya mengalami kerusakan agar mengungsi ke tempat aman sesuai dengan arahan dari BPBD setempat.
Badan Geologi akan mengirim Tim Tanggap Darurat ke lokasi bencana guna melakukan pemetaan dampak gempa bumi dan memberikan rekomendasi teknis guna membantu Pemerintah Kabupaten dan Pemerintah Provinsi lokasi bencana.
Gempa bumi yang terjadi di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, pada Senin (21/11) akibat aktivitas sesar aktif yang belum diketahui karakteristiknya.
Guncangan gempa bumi dirasakan pada wilayah sekitar lokasi pusat gempa Cianjur pada skala V-VI MMI (Modified Mercalli Intensity).
Menurut Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) kekuatan gempa yang diukur dengan skala MMI, wilayah Cianjur V-VI MMI, Garut dan Sukabumi IV – V MMI, Cimahi, Lembang, Kota Bandung Cikalong Wetan, Rangkasbitung, Bogor dan Bayah III MMI, Rancaekek, Tangerang Selatan, DKI Jakarta dan Depok II – III MMI.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mengimbau kepada warga di Kabupaten Cianjur dan sekitarnya untuk mengungsi apabila dirasa rumahnya masih belum aman dari bahaya gempa bumi. Warga diimbau untuk tetap waspada akan adanya potensi gempa susulan.
BNPB mencatat hingga Senin (21/11) pukul 19.34 korban yang meninggal dunia karena gempa darat di Kabupaten Cianjur, Provinsi Jawa Barat, 62 orang.
Warga yang meninggal ini tersebar di Desa Rancagoong di Kecamatan Cilau, Desa Limbagansari di Kecamatan Cianjur, dan Kecamatan Cugenang.
Selain itu, BNPB melaporkan 25 orang tercatat masih tertimbun runtuhan bangunan di Desa Cijedil, Kecamatan Cugenang. 79 orang lainnya luka-luka.
Warga mengungsi dilaporkan sebanyak 5.389 orang yang tersebar di beberapa titik, kata BNPB.
Sementara untuk kerusakan infrastruktur, di Kabupaten Cianjur sendiri tercatat sebanyak 2.272 rumah rusak, 1 unit pondok pesantren rusak berat, 1 RSUD Cianjur rusak ringan, 4 unit gedung pemerintah rusak, 3 unit sarana pendidikan rusak, 1 unit sarana ibadah rusak.
Gempa tersebut juga menyebabkan longsor yang menutup jalan lintas provinsi di Kabupaten Cianjur.
Selain di Kabupaten Cianjur, kerusakan infrastruktur juga tercatat di Kabupaten Bogor sebanyak 46 rumah rusak, Kabupaten Sukabumi 443 rumah rusak, dan di Kota Sukabumi sebanyak 14 unit rumah rusak.
Komentar tentang post