LA GALIGO datang ke Sigi dengan naik perahu dari Ganti. Setibanya di Sigi, perahunya ditambatkan kuat-kuat pada sebuah batu.
Kebetulan di Sigi sedang diadakan pesta. La Galigo pun ikut berpesta dan menyambung ayam.
Ayam tandingan La Galigo adalah ayam Nili Nayo milik bibinya, puteri dari Sigi. Ayam La Galigo kalah.
La Galigo marah, sehingga hampir terjadi perkelahian antara dia dengan bibinya.
Untunglah ketika itu Sawerigading datang dari Luwuq dan menasehati keduanya. Tidak baik bertengkar antara ibu dengan anaknya.
Untuk mencegah timbulnya kegaduhan lagi, dicarikan jalan agar La Galigo tidak lagi pergi ke Sigi.
Sawerigading berusaha memindahkan laut ke Barat. Tugas ini diberikan kepada anjingnya yang bernama Buriq (anjing hitam).
Anjing itu menggonggong dan air laut surut ke Barat. Sebagai peringatan atas jasa-jasa anjing itu, maka suatu tempat didekat Loli diberi nama Tasiburi, artinya laut si hitam.*
Sumber: Sawerigading Versi Sulawesi Tengah, ditulis Hasan Basri dan Baso Siojang. Tulisan ini dalam buku: La Galigo, Menelusuri Jejak Warisan Sastra Dunia. Pusat Studi La Galigo, Juni 2003.
Komentar tentang post