Geliat Pagi di SKPT Sebatik, 1 Jam 20 Ton Ikan Diekspor ke Tawau

JETTY sepanjang 1 kilometer di Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) Sebatik terlihat apik. Kapal pengangkut ikan, pukul 06.45 mulai sandar di jetty yang dibangun di SKPT Sebatik tersebut.

Petugas di SKPT Sebatik, antara lain, Syahbandar Perikanan, Karantina Ikan, Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan (KIPM) dan Satuan Pengawas (Satwas) Sumberdaya Kelautan dan Perikanan (SDKP) Nunukan sudah berada di ujung jetty.

KM Tongkol 02, merapat di kapal ikan yang ada didekat jetty. Petugas naik ke kapal dan melakukan pemeriksaan secara rutin. Mulai dari dokumen kapal hingga komoditi hasil laut yang akan dibawa ke Tawau, Sabah-Malaysia.

Inilah Sebatik beranda paling depan Indonesia di Borneo, Kalimantan. Pulau Sebatik ini terbagi dua, wilayah Indonesia dan Malaysia. Sebatik berada di Kabupaten Nunukan, Provinsi Kalimantan Utara.

Dari dermaga SKPT Sebatik ini, Tawau terlihat sangat jelas. “Paling lama 30 menit kami sudah tiba di Tawau,” kata Zulkifli, awak KM Tongkol 02.

FOTO: DARILAUT.ID

KM Tongkol 02 membawa berbagai jenis ikan demersal campuran, seperti kerapu, kakap merah, dan udang.

Tak lama berselang, KM Wimaju masuk ke jetty SKPT Sebatik. Kapal ini bergantian sandar dengan KM Tongkol 02 yang sudah berlayar menuju Tawau.

DI KM Wimaju terdapat hasil laut berupa ikan kakap, kerapu, remang, udang putih dan kepiting bakau. Pemeriksaan pun dilakukan. Tak lama, KM Nurjannah II sudah memasuki depan SKPT Sebatik. Kapal ini membawa komoditi kepiting bakau.

Rabu (3/7) pagi, mulai 06.45 hingga 07.45, tiga kapal mengangkut komoditi hasil laut Indonesia untuk diekspor ke Tawau. Dalam 1 jam, tiga kapal membawa berbagai jenis komoditi perikanan.

KM Tongkol mengangkut 3,4 ton hasil laut, KM Wimaju 5,8 ton dan KM Nurjannah II sebanyak 11,4 ton. Total hasil laut yang diekspor Rabu (3/7) sebanyak 20,6 ton.

Dalam sebulan, rata-rata komoditi hasil perikanan dari Sebatik dan yang singgah di SKPT Sebatik untuk keperluan ekspor ke Tawau 500 sampai 600 ton lebih.

Menurut Direktur Jenderal Perikanan Tangkap Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), M Zulficar Mochtar, pembangunan SKPT Sebatik ini merupakan inisiatif KKP untuk membangun daerah pinggiran Indonesia.

“Pembangunan SKPT merupakan upaya pemerintah untuk mempercepat pembangunan kelautan di wilayah pinggiran yang selama ini kaya akan potensi ikan, tapi miskin infrastruktur,” kata Zulficar.

Di SKPT Sebatik, kapal-kapal yang mengangkut hasil perikanan dari berbagai daerah di Kalimantan Utara, seperti Tarakan melakukan check point. Dengan adanya, surat-surat dari SKPT Sebatik ini, ikan yang dibawa ke Tawau memiliki keterangan asal.

Kepala Subdirektorat Pemantauan dan Analisis Pengelolaan Sumberdaya Ikan, Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap KKP Syahril Abd Raup mengatakan, tahun 2019 ini, KKP fokus pada operasional SKPT Sebatik.

“SKPT ini dibangun untuk masyarakat yang ada di sini (Sebatik), silakan ini dimanfaatkan oleh nelayan dan pelaku usaha perikanan,” kata Syahril, dalam Focus Group Discussion (FGD) dengan tema “Efektivitas Pelayanan Kepelabuhanan dan Evaluasi Operasional Pelabuhan Perikanan” SKPT Sebatik, Rabu (3/7).

FOTO: DARILAUT.ID

Menurut Syahril yang biasa disapa Chali, semua kapal ikan dan kapal pengangkut ikan di Indonesia harus beraktivitas di pelabuhan perikanan. “Setiap kapal ikan wajib membongkar hasil perikanan di pelabuhan yang ditunjuk,” ujarnya.

Mengapa harus membongkar ikan di pelabuhan perikanan? Ini semua untuk keperluan pendataan hasil tangkapan ikan.

Semua kapal ikan dan kapal pengangkut ikan harus berlabuh di pelabuhan perikanan. Dengan membongkar hasil tangkapan di pelabuhan, akan diketahui berapa jumlah hasil tangkapan. Begitupula dengan PSDKP akan memeriksa alat tangkap yang digunakan.

“Kita tidak tahu berapa yang ditangkap. Di pelabuhan perikanan hasil tangkapan ini akan dilakukan pendataan,” ujarnya.

Konsulat RI di Tawau, Septiani mengatakan, Malaysia sangat peduli dengan setiap komoditi perikanan yang masuk melalui Tawau. Sejauh ini, tidak ada masalah komoditi perikanan dari Sebatik ke Tawau.

“Malaysia menerima semua produk perikanan yang memiliki surat keterangan asal. Ini karena komoditi perikanan ini akan di re-ekspor kembali,” kata Septiani.

Komoditi hasil perikanan yang tercatat di SKPT Sebatik sebagian besar di ekspor ke Tawau. Terdapat pula beberapa komoditi seperti bawal dan lobster yang dikirim ke Jakarta, melalui Tarakan. Namun, pengiriman ini tidak rutin.

FGD yang berkangsung di SKPT Sebatik diikuti berbagai instansi terkait baik di Sebatik, Nunukan dan Tawau. Seperti nelayan Sebatik, koperasi dan pelaku usaha. Kemudian Konsulat RI di Tawau, Dinas Perikanan Nunukan, Bea Cukai, KSOP Nunukan, Pos Angkatan Laut, Balai KIPM, PSDKP dan perwakilan Camat di Sebatik. Hadir pula sejumlah mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM) yang melaksanakan Kuliah Kerja Nyata – Pembelajaran dan Pemberdayaan Masyarakat (KKN – PPM) di Sebatik.*

Exit mobile version