Jakarta – Peneliti gempa Pusat Penelitian Geoteknologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Mudrik Rahmawan Daryono mengatakan, gempa bumi tidak terjadi secara acak, tetapi ada pola tertentu.
Gempa akibat pergerakan sesar aktif akan cenderung terjadi di lokasi yang sama, ada kurun waktu tertentu. “Secara awam disebut ulang tahun gempa bumi yang dihitung sesuai jangka waktu geologis yang tentu berbeda dengan waktu manusia,” kata Mudrik, dalam penyampaian analisis gempa dan tsunami, serta rekomendasi mitigasi untuk pengurangan risiko bencana di Indonesia di Media Center LIPI, Jakarta, Selasa (2/10).
Gempa Palu-Donggala terjadi pada Jumat (28/9) pukul 17.02.44 WIB. Gempa ini berkekuatan 7,4 skala Richter (SR). Lokasi berada di 0.20 Lintang Selatan dan 119.89 Bujur Timur, pada kedalaman 11 kilometer.
Peneliti senior gempa dan tsunami Pusat Penelitian Geoteknologi LIPI, Danny Hilman mengatakan, gempa Palu-Donggala terjadi karena pergerakan segmen di sesar Palu Koro. Sesar aktif ini membelah Sulawesi menjadi dua bagian barat dan timur. “Palu berada di atas sesar ini menjadikan sebagai daerah yang sangat rawan gempa,” ujarnya.
Wilayah Indonesia berada di kawasan lempeng bumi yang terus bergerak, yakni Indo-Australia dari sebelah selatan, Eurasia dari utara dan Pasifik dari timur.
Komentar tentang post