Palu – Kepala Stasiun Geofisika Kelas I Palu Cahyo Nugroho mengatakan, berdasarkan bukti-bukti di lapangan diketahui, patahan gempa berasal dari daratan menyilang hingga ke laut. Lokasi ini mulai dari Labean hingga ke ujung Teluk Palu.
“Patahan membelah laut di Teluk Palu menyebabkan tanah tenggelam (amblas), sehingga mengubah batimetri (kedalaman laut) yang asalnya dangkal menjadi dalam,” kata Cahyo, Jumat (19/10).
Tsunami Donggala dipicu oleh longsoran dasar laut akibat Gempabumi Donggala dengan jenis mekanisme gempabumi mendatar (sinistral).
Menurut Cahyo, hasil survei yang dilakukan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) setelah gempa dan tsunami menerjang, ketinggian dan jarak terjangan tsunami bervariasi antara satu titik dengan titik lainnya. Hal tersebut dimungkinkan akibat kelandaian pantai dan bangunan penghalang atau keberadaan dataran tinggi.
Tim survei BMKG melakukan observasi lapangan dan wawancara di 27 titik berbeda sepanjang Teluk Palu sejak tanggal 29 September lalu. Lokasi survei dan wawancara mulai dari Donggala sebelah Barat, Kota Palu, Donggala Timur dan Utara, serta Labean titik terdekat dengan pusat gempabumi.
Pelabuhan Pantoloan, kata Cahyo, dengan tinggi tsunami 10,2 meter menerjang hingga jarak 216 meter masuk ke daratan dari bibir pantai. Di Tondo Palu Timur, tinggi tsunami yang mencapai 10,7 meter mampu menerjang daratan sejauh 165 meter.
“Jarak terjangan tsunami terjauh di kawasan Hotel Mercure Palu, mencapai 468,8 meter dari bibir pantai, padahal tinggi tsunami hanya 9,2 meter,” ujarnya.
Pada Jumat (28/9) terjadi gempa berkekuatan magnitude 7.4 skala Richter (SR). Pusat gempa berada di Sirenja, Donggala. Gempa terjadi pukul 18.02.44 Wita (17.02.44 WIB).
Gempa sangat kuat mengguncang Kabupaten Donggala, Kota Palu, Kabupaten Sigi dan Parigi Moutong, Sulawesi Tengah. Pusat gempabumi pada koordinat 119.85 BT; 0.18 LS pada kedalaman 10 kilometer. Mekanisme gempa, sesar geser Palu Koro.
Hasil survei menjadi dasar BMKG mendorong Pemerintah Provinsi Sulawesi Tengah untuk merevisi Tata Ruang dan Wilayah. Tidak hanya itu, BMKG berharap Pemerintah Sulawesi Tengah terus berupaya meningkatkan mitigasi bencana dengan mengedukasi masyarakat setempat untuk tetap waspada dan siap menghadapi bencana.*
Komentar tentang post