Hampir Setahun Kapal MV Nur Allya Hilang Kontak di Laut Halmahera

Ilustrasi kapal MV Nur Allya. FOTO: YOUTUBE

Darilaut – Hampir setahun kapal MV Nur Allya hilang kontak di Laut Halmahera, Maluku Utara. Hingga kini keluarga anak buah kapal (ABK) masih bertanya-tanya mengenai keberadaan kapal kargo tersebut.

Salah satunya Fajar Merry Saputro. Adiknya bernama Hari Yanto bekerja sebagai juru mudi di kapal MV Nur Allya.

Fajar mengharapkan terdapat bukti-bukti keberadaan kapal kargo tersebut.

“Harapan kami kalau di duga tenggelam bisa di buktikan, kalau memang tidak tenggelam, Semoga crew MV Nur Allya dalam lindungan-Nya,” kata Fajar kepada Darilaut.id, Jumat (24/7).

Hingga kini, keluarga belum mendapat informasi kejelasan MV Nur Allya. Kapal berbendera Indonesia ini dengan muatan nikel dan hilang kontak pada 20 Agustus 2019 di Laut Halmahera.

Kapal milik perusahaan PT Gurita Lintas Samudera (GLS) tersebut dengan jumlah awak sebanyak 25 orang, salah satunya Hari Yanto.

Hari Yanto, juru mudi kapal MV Nur Allya. FOTO: ISTIMEWA VIA FAJAR MERRY SAPUTRO

Kapal berlayar dengan rute Pulau Weda, Maluku Utara tujuan Pelabuan Morosi, Sulawesi Tenggara.

Setelah hilang kontak, pencarian dilakukan dengan mengerahkan berbagai lembaga dan instansi terkait seperti Basarnas Ternate, Direktorat Komunikasi Basarnas Pusat, Direktorat Polairud Polda Maluku Utara, perusahaan pemilik kapal, dan Bakamla Pusat.

Area pencarian dipusatkan di perairan Maluku Utara, yang menjadi titik koordinat awal kapal tersebut terpantau. Tim menyisir perairan laut Obi, Maluku Utara dan perairan Pulau Buru, Maluku. Termasuk jalur pelayaran kapal di perairan Poge Sanana, Taliabo, dan perairan Morosi.

Hasil pencarian yang berlangsung hingga September 2019, nihil. Terdapat dugaan kapal MV Nur Allya tenggelam di perairan sekitar Desa Fluk, Laut Halmahera di kedalamam 843 meter di bawah permukaan laut.

Namun, belum ada bukti bahwa kapal MV Nur Allya tenggelam di kedalaman tersebut.

Proses pencarian yang dilakukan tim SAR gabungan telah dilakukan sejak 23 Agustus hingga 9 September. Kemudian monitoring dilakukan hingga 26 September.

Basarnas dan Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT), kemudian membuka kembali operasi SAR gabungan. Data-data dikumpulkan dikumpulkan tim SAR gabungan sejak 27 September hingga 1 Oktober.

MV Nur Allya adalah kapal kargo raksasa buatan perusahaan Jepang Sanoyas Hishino Meiso Corp pada 2002, dengan kapasitas 52.400 deadweight tonnes (dwt). Artinya, kapal ini mampu mengangkut beban hingga 52.400 ton, tidak termasuk berat kapal itu sendiri yang mencapai 8.394 metrik ton.

Di bulan Juli ini, upaya pencarian kembali kapal kargo MV Nur Allya dilakukan melalui survei kelautan. Tim melibatkan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), bersama KNKT dan PT GLS.

Kepala BPPT Hammam Riza mengatakan, BPPT akan memberikan dukungan penuh untuk pencapaian target kerjasama ini terlebih misi ini adalah mengemban tugas dan tanggung jawab nasional melalui KNKT.

Kepala Balai Teknologi Survei Kelautan BPPT M Ilyas mengatakan, survei kali ini menggunakan wahana Kapal Riset Baruna Jaya IV yang dilengkapi beberapa peralatan canggih seperti Multi beam Echosounder (MBES).

Selain itu, Marine Magneto Meter, Side Scan Sonar, USBL, ROV dan peralatan survei lainnya. Survei berlangsung pada 11 hingga 26 Juli 2020.*

Exit mobile version