MALUKU bukan hanya cerita tentang rempah-rempah, kolonialisme dan konflik. Daerah kepulauan yang terhubung dengan samudera Pasifik dan Antartika itu memiliki warisan pengetahuan kelautan.
Di kawasan ini banyak menyimpan nilai kearifan lokal dan budaya maritim. Seperti Sasi, yang telah dipraktikkan sejak ratusan tahun lalu di Maluku.
Sasi memberikan keleluasan bagi biota laut tumbuh dan berkembang. Selain juga dimanfaatkan untuk berbagai keperluan, seperti pangan. Sistem ini juga ditemukan di Kakorotan, Kabupaten Kepulauan Talaud, Sulawesi Utara.
Rumphius
Akhir 1980-an, di masa awal berdirinya sejumlah program studi Ilmu dan Teknologi Kelautan di beberapa perguruan tinggi di Indonesia, literatur tentang laut Indonesia masih sangat minim. Sebuah buku dengan judul “Laut Nusantara” ditulis Dr Anugerah Nontji, menjadi semacam kitab pegangan bagi banyak mahasiswa. Tugas-tugas membuat makalah, tak akan lepas dari kutipan di buku tersebut.
Dalam buku “Laut Nusantara”, saya teringat dengan alga laut yang digambar Rumphius. Alga laut Indonesia ini termasuk gambar tertua.
Dengan detail dan cermat, Rumphius menggambar spesimen itu dan dimuat dalam Herbarium Amboinense, pada 1750, setebal 1600 halaman. Karyanya yang lain: Amboinsche Rariteit-kamer, terbit tahun 1705. Dalam naskah buku ini, terdapat beragam deskripsi tumbuhan dan hewan laut, serta tulisan lainnya.
Komentar tentang post