Tercatat sejak 2001 sampai April 2020, dalam Program Konservasi Maleo di TNBNW, telah diselamatkan 38.944 telur untuk ditanam kembali di dalam hatchery dan dilepasliarkan sebagai anak maleo ke alam sebanyak 21.344 individu.
Menurut National Project Manager Enhancing Protected Area System in Sulawesi (EPASS) M. Arief Toengkagie, untuk peringatan Hari Maleo Sedunia harus dikaji dari berbagai sisi.
Arief menceritakan pada 1983 kegiatan penetasan di kawasan Taman Nasional Bogani Nani Wartabone sudah dirintis.
Memang saat itu, telur maleo yang dipindahkan agar tidak dimangsa predator, tidak banyak yang berhasil ditetaskan. Mungkin posisi telur kurang tepat saat menetas dan anak maleo tidak berhasil keluar.
Tetapi, menurut Arief, sudah ada anak maleo yang berhasil dilepasliarkan ke alam. Karena itu, wacana Hari Maleo Sedunia perlu pengayaan dan informasi-informasi lain.
Arief pada 1983 ditempatkan pertama kali sebagai staf di Taman Nasional Dumoga Bone (sebelum menjadi Taman Nasional Bogani Nani Wartabone, TNBNW). Taman nasional ini dibawah Balai Konservasi Sumberdaya Alam (KSDA) Sulawesi Utara.
Sebelum bergabung di EPASS, Arief pernah sebagai Kepala TNBNW, Kepala Taman Nasional Rinjani dan Kepala Balai KSDA Jakarta. Kemudian, Kepala Balai Besar Taman Nasional Kerinci Seblat dan Kepala Balai Besar KSDA Sumatera Utara. EPASS merupakan program kerjasama KLHK, BAPPENAS, UNDP, GEF dengan fokus kegiatan di Taman Nasional Bogani nani Wartabone, Lore Lindu dan Tangkoko-Batuangus.
Komentar tentang post