GEMPA yang cukup kuat terjadi di Lombok Nusa Tenggara Barat dan Sulawesi Tengah tahun 2018 ini.
Gempa di Lombok berkekuatan magnitude 7,0 pada skala Richter (SR), terjadi pada Minggu (5/8) malam.
Di Donggala, gempa pada Jumat (28/9) saat senja, disusul dengan tsunami di Teluk Palu. Gempa ini berkekuatan M 7,4 SR.
Getaran kekuatan gempa di Lombok dan Donggala, disusul tsunami di Teluk Palu menimbulkan kerusakan bangunan dan korban jiwa. Di Palu, peristiwa gempa, tidak hanya disusul tsunami, melainkan juga likuefaksi.
Sejak dulu, Indonesia telah dikenal sebagai kawasan yang rawan gempabumi. Ini karena wilayah Kepulauan Nusantara terletak di zona tumbukan lempeng-lempeng tektonik aktif.
Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati mengatakan, tingginya potensi gempabumi di Indonesia, sepatutnya jangan sampai membuat masyarakat terus-menerus dicekam rasa takut dan khawatir berlebihan. Masyarakat harus terus meningkatkan kemampuan dalam memahami cara penyelamatan saat terjadi gempabumi.
Sangat penting untuk memperhatikan peta bahaya dan risiko bencana, sebelum merencanakan penataan ruang dan wilayah. Perlu ada upaya serius dari berbagai pihak dalam memperketat penerapan “building code” dalam membangun struktur bangunan tahan gempa.
Untuk bangunan yang sudah ada dan dihuni, perlu dicek kesehatan dan kekuatan strukturnya. Bahkan Pemerintah Daerah perlu melakukan audit struktur bangunan dan infrastruktur di daerah rawan gempa. Apabila dinilai membahayakan, perlu diterapkan rekayasa teknis untuk penguatan struktur bangunan.
Upaya sosialisasi melalui pendidikan formal dan non formal juga perlu terus dilakukan. Seperti yang ada dalam kurikulum kemaritiman yang diimplementasikan Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman bersama Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Deputi Koordinasi Sumberdaya Manusia (SDM), Iptek dan Budaya Maritim Kemenko Kemaritiman, Safri Burhanuddin mengatakan, kurikulum kemaritiman yang telah diterapkan di sejumlah sekolah tidak kaku. Kurikulum ini bukan hanya menyangkut bagaimana menanamkan budaya maritim. Di dalam kurikulum ini mengajarkan tanggap bencana sejak dini.
Di masa lalu, gempa telah menjadi bagian kehidupan orang-orang di Kepulauan Nusantara. Seperti dalam menghitung usia seseorang. Usia tidak dihitung dengan menggunakan kalender.
Usia seseorang dihitung berdasarkan guncangan gempa yang kuat. Ini antara lain yang dicatat Naturalis Inggris Alfred Russel Wallace. Wallace mengelilingi Kepulauan Nusantara antara 1854 – 1862.
Dari perjalanan dan berbagai catatan serta pengamatan di berbagai tempat, Wallace kemudian menetapkan garis persebaran fauna di Indonesia. Ia juga sebagai pencetus teori Evolusi sejati.
Taksonomi flora dan fauna di Nusantara telah dicatat Wallace. Dengan persebaran, perubahan lempeng dan masa geologis yang dibuat rinci. Wallace juga mengamati suku-suku di Kepulauan Nusantara.
Berkaitan dengan gempa ini, menurut Wallacea, Kepulauan Nusantara merupakan daerah yang dilewati deretan gunung api dan sering terjadi gempa.
Gempa ringan terjadi selang waktu beberapa minggu atau bulan. Gempa yang lebih keras terjadi tiap tahun.
Gempa yang keras ini menjadi salah satu patokan usia. Karena dalam setahun, banyak gempa keras. Ini yang menjadi dasar dalam perhitungan waktu.
Menurut Wallace, di beberapa pulau, umur seorang anak dan kejadian penting lainnya dalam masyarakat dihitung berdasarkan waktu terjadinya gempa.
Gempa yang kuat, tidak memberikan kesempatan untuk berpikir atau berharap. Gempa besar merupakan bencana alam paling destruktif dan mengerikan yang dapat melanda manusia. Wallace sendiri sempat merasakan guncangan gempa yang cukup kuat di Tomohon.
Untuk itu, banyak peran dan upaya sosialisasi tanggap bencana. Seperti dikatakan Dwikorita Karnawati, memahami cara penyelamatan akan menjadikan masyarakat siap dalam menghadapi bencana.
Gladi evakuasi perlu dilakukan secara rutin dan terus-menerus. Baik di lingkungan sekolah, perguruan tinggi, perkantoran, rumah sakit, hotel dan di gedung-gedung publik di tengah-tengah masyarakat.
Dengan upaya ini, masyarakat akan lebih terampil dan cekatan dalam melindungi ataupun menyelamatkan dirinya saat terjadi gempa. Begitu pula dengan gempa yang disusul tsunami.*
Komentar tentang post