MASA tanggap darurat gempa-tsunami-likuifaksi di Sulawesi Tengah sudah memasuki hari ke sebelas. Masa darurat ini, selama 14 hari, mulai tanggal 28 September hingga 11 Oktober.
Selama masa tanggap darurat yang sudah berjalan ini, belum semua tersentuh bantuan berupa bahan pokok dan keperluan lainnya. Padahal, di antara mereka yang belum tersentuh bantuan ini, banyak yang rumahnya hancur, roboh, amblas dan bergeser ratusan meter.
Seperti Andi Besse, 59 tahun, warga Desa Wani II, Kabupaten Donggala. Rumahnya didekat pantai, Pelabuhan Wani, digoncang gempa dan dihantam tsunami.
“Belum ada bantuan pemerintah,” kata Andi Besse, Minggu (7/10). Saat kejadian gempa dan tsunami yang berlangsung cepat, Andi Besse tak bisa membawa apa-apa, hanya menyisakan baju di badan.
Muchlis Labolo, 56 tahun, warga yang tinggal di pantai Mamboro, Kelurahan Layana, rumahnya hancur disapu tsunami, belum tersentuh bantuan. Muchlis bersama sejumlah kepala keluarga mendirikan tenda yang sudah robek, di tanah kosong bagian perbukitan, dekat jalan utama.
Muchlis dan keluarga yang tinggal di tenda yang sudah robek beralaskan tikar itu, juga belum tersentuh bantuan. Padahal, mereka ini sangat membutuhkan uluran tangan berbagai pihak untuk menyambung hidupnya –setelah terjadi bencana gempa dan tsunami.
Komentar tentang post