Darilaut – Hampir 2 pekan bayi orca itu berada Plimmerton, Wellington, Selandia baru, setelah terdampar di bebatuan, pada Minggu (11/7) siang. Orca juvenil ini diperkirakan berusia 3 sampai 6 bulan. Adalah Ben Norris, seorang remaja 16 tahun asal Plimmerton, siang itu, sedang mengendarai sepedanya. Norris melihat 6 sampai 7 orca sedang mencari makan dekat pantai. Tiba-tiba, ombak dan arus laut membawa bayi orca ke bebatuan. Bayi orca ini mencoba meggeser tubuhnya dan menjerit keras. 20 menit berlalu. Ben bersama saudara perempuannya yang berusia 21 tahun, Brianna Norris, dan sejumlah relawan, berusaha menyelamatkan bayi orca ini di bebatuan. Upaya ini belum membuahkan hasil untuk memindahkan bayi orca ke perairan. Mereka berjuang memindahkan bayi orca itu dan mengapungkannya setelah 2 jam bergelut di bebatuan. Tim pemadam kebakaran bergabung dengan membawa terpal. Departemen Konservasi (Department of Conservation, DOC) di telepon untuk mengabarkan bayi orca yang terdampar. Setelah berhasil digeser dari bebatuan, tim relawan membantu memindahkan bayi orca yang terdampar ini ke klub Plimmerton Boating. Pencarian Pod Tim penyelamat berupaya mengembalikan bayi paus orca tersebut untuk bergabung kembali dengan keluarganya, pada Minggu malam. namun belum ditemukan. Bayi orca ini dijaga dan dimuat di sebuah trailer dengan kondisi yang tetap lembab dan sejuk. Telah bergabung dalam tim, Departemen Konservasi, bersama kelompok penyelamat dan relawan dari Orca Research Trust Whale-Rescue.org dan Project Jonah. Semuanya berada di lokasi, di pantai Plimmerton di utara Wellington, untuk membantu orca yang terdampar. DOC mengumumkan bagi siapa pun di wilayah Wellington, yang sedang menikmati berada di pinggiran pantai atau lautan yang melihat pod orca untuk segera melaporkan penampakan tersebut langsung ke 0800 DOC HOT. Upaya pencarian keluarga paus orca berlangsung, Senin (12/7) pagi di perairan Wellington. Pendiri Orca Research Trust Dr Ingrid Visser bersama tim penyelamat melakukan pencarian lanjutan. Bayi orca berjenis kelamin jantan ini semalam berada di trailer agar tetap lembap dan sejuk. Pada Senin pukul 9.30 waktu setempat bayi orca ini diapungkan dan berenang di pinggiran pantai. Orca tersebut telah melewati malam yang mencemaskan, kata Visser,“Pada usia ini dia membutuhkan ibunya.” Upaya pencarian berlangsung lewat lau dan udara. Polisi Maritim, Penjaga Pantai dan Departemen Konservasi terlibat dalam pencarian, bersama masyarakat. Tim penyelamat dan sukarelawan merawat bayi orca yang terdampar di Plimmerton, Wellington. FOTO: DOM THOMAS/RNZ “Kami sangat membutuhkan publik untuk membuka mata mereka dan menyebarkannya di media sosial mereka sendiri, sehingga kami mendapatkan jaringan yang lebih besar untuk mencoba dan menemukan keluarga ini,” kata Visser. Pencarian sepanjang hari Senin (12/7) yang melibatkan lebih dari 100 relawan belum menemukan pod orca. Pencarian di perairan Wellington dilanjutkan Selasa (13/7). Kali ini pencarian dilakukan dengan dua pesawat dan satu helikopter. Tim yang terlibat dalam pencarian ini, antara lain, Dinas Pemadam Kebakaran yang memantau dari puncak bukit, polisi maritim dan penjaga pantai. Selain itu, relawan dari organisasi Penyelamatan Paus dan anggota DOC. Menurut Dr Visser dalam kondisi seperti ini, orca tersebut sangat khawatir dan belum pernah keluar dari air. Karena itu, orca tersebut belum sepenuhnya dapat memahami bila tim tersebut sedang berupaya membantunya. Jumlah relawan bertambah. Warga setempat berdatangan pagi dan sore hari untuk memberikan dukungan. Mendapat Nama Toa Pada Selasa (13/7) dalam upacara Maori, bayi orca yang terdampar dan terpisah dari pod menyandang nama Toa. Penyematan nama Toa berarti "pemberani" atau "kuat". Tim penyelamat dan relawan masih melakukan pencarian keluarga bayi orca tersebut. Pencarian dilanjutkan dengan menggunakan pesawat, menjelajahi pantai dan laut. Dr Visser kemudian menceritakan peristiwa orca muda lain, yang diberi nama Springer. Seteleh terpisah dengan pod, Springer berhasil bersatu kembali dengan keluarganya. Sejak Toa ditemukan terdampar, telah ada kontak sejumlah ahli, termasuk yang terlibat dalam mengintegrasikan kembali Springer dengan keluarganya, yang ditemukan di dekat Seattle, lepas pantai barat Amerika. Bantuan untuk menjaga kondisi Toa juga dilakukan dokter hewan yang sudah berpengalaman. Sebagai mamalia, Toa membutuhkan air, kemudian makanan. Dukungan warga untuk menyelamatkan bayi orca ini terus berdatangan. Ada yang membawa makanan, pemanas, selimut dan lain-lain untuk relawan yang berjaga. Selasa sore, Departemen Konservasi mendapatkan informasi adanya penampakan pod orca dari Marlborough Sounds, melintasi Selat Cook. Manajer spesies laut Departemen Konservasi Ian Angus, mengatakan, bayi orca ini mengalami luka robek pada sirip ekor dan salah satu di sirip dada. Ini yang mengkhawatirkan, tetapi mereka adalah hewan yang cukup kuat. Berdasarkan catatan Departemen Konservasi, paus orca diketahui menjelajahi sepanjang garis pantai Selandia Baru hingga ke Pelabuhan Wellington. Paus orca ini mencari sumber makanannya. Ikan Pari Paus orca (paus pembunuh) ini diketahui ke dasar laut yang berlumpur untuk mencari ikan pari dan sering terlihat di perairan dangkal di sekitar Oriental Parade, Frank Kitts Park, dan The Lagoon. Orca juga sering terlihat menjelajahi ujung utara pelabuhan dan Pantai Kapiti. Seringkali terlihat paus orca berburu mangsanya, ikan pari. Ada yang melompat didekat bebatuan dan kembali ke air.Dr Visser, adalah yang pertama kali menemukan dan mencatat paus orca ini memangsa ikan pari. Paus orca (killer whale) masuk dalam keluarga lumba-lumba (dolphin). Cetacea dengan nama ilmiah Orcinus orca ini, disebut paus karena memiliki ukuran yang besar dan terbesar dalam keluarga lumba-lumba. Cuaca Memburuk di Wellington Upaya untuk menyatukan kembali Toa dengan polongnya terus berlanjut. Pada Rabu (14/7), terdapat laporan penampakan baru orca di lepas pantai Taranaki. Selain di Taranaki, DOC mendapatkan laporan penampakan pod di perairan Kapiti.Bayi orca Toa sejak terdampar hingga saat ini dalam pemantauan dokter hewan. Sejumlah ahli orca internasional juga memberikan informasi dan saran penting. Hingga Kamis (15/7) Toa masih belum bisa bertemu dengan keluarganya. Sementara kondisi cuaca di Wellington, memburuk selama 24 jam ke depan. Relawan dari Whale Rescue/Orca Research Trust, DOC dan iwi Ngati Toa Rangatira bekerja sama untuk menjaga bayi orca tetap sehat dan stabil. Badan Meteorologi New Zealand, Metservice, memperkirakan angin dari utara bergerak dengan kekuatan yang lebih kencang untuk wilayah tersebut pada Jumat 16 Juli. “Kami tidak dapat mengontrol cuaca dan kondisi laut, dan dengan ramalan untuk wilayah tersebut kami sekarang merencanakan bagaimana dapat memastikan kesejahteraan anak orca,” kata Angus. Berada di luar air laut selama terdampar membuat punggungnya bayi orca tersebut terkilir. Meronta-ronta di bebatuan membuat siripnya rusak. Berkat kerjasama para relawan yang membuatnya tetap bergerak, bayi orca ini menjadi lebih baik dari hari ke hari. Dipindahkan ke Kolam Toa, bayi orca yang terdampar di Wellington telah dipindahkan ke kolam sementara, setelah cuaca memburuk.Kondisi cuaca dan gelombang laut terlalu berbahaya bagi Toa berada di kandang. Begitupula dengan keselamatan para sukarelawan yang terus berupaya menyelamatkan bayi orca ini untuk bisa menyatu kembali dengan polong atau pod (keluarganya). Kolam sementara memiliki kapasitas untuk menampung 32.000 liter air laut dan dibawa pada Kamis (15/7) sore.Dr Visser mengatakan kolam itu dibeli, kemudian diangkut dan diisi air dalam waktu tiga jam. Keputusan untuk memindahkan bayi orca ini pada Kamis jam 5 sore. Pukul 20.00 waktu setempat Toa sudah berada di kolam sementara yang dipenuhi air. Dr Visser mengatakan dalam kondisi baik, orca dapat mendengar panggilan dari jarak 12 kilometer, tetapi dalam kondisi saat ini lebih dekat ke 1 km. Hingga Jumat (16/7) pagi, kondisi Toa baik-baik saja dan ingin makan. Toa bermain-main di aliran air yang disirkulasikan melalui kolam, mencicit dan menjulurkan lidah menunggu umpan diberikan. Belum Menyatu Dengan Keluarganya Kondisi cuaca buruk di perairan Wellington membuat tim penyelamat dan relawan belum dapat menyatukan bayi orca Toa dengan keluarganya, Minggu (18/7). Manajer Ekosistem Laut Departemen Konservasi (DOC), Kirstie Knowles, mengatakan, untuk menyatukan kembali dengan pod orca tidak memungkinkan karena cuaca dan kondisi laut saat ini terlalu buruk. Menurut Kirstie, bayi orca tetap stabil pada tahap ini dan tim terus bekerja dengan beberapa opsi untuk mempelajari lebih lanjut kondisinya. Semua keputusan akan mengacu pada saran ahli nasional dan internasional dengan mengutamakan kesejahteraan dan etika merawat orca. Akses publik ke tempat perawata sementara juga dibatasi agar meminimalkan stres pada orca tersebut. Menurut Dr Visser semua orca memiliki budaya dalam keluarga mereka. Jadi mereka belajar dari induknya dan semua yang ada di pod tersebut. "Untuk beberapa kelompok, budaya itu mungkin adalah bahwa mereka akan berkeliaran dalam jarak yang jauh dan mereka jarang muncul di beberapa lokasi. Dan kemudian untuk kelompok lain mereka kembali ke daerah yang sama berulang kali," kata Visser Visser mengatakan Toa berasal dari kelompok yang sering kembali ke tempat yang sama, dan "kemungkinan" mereka akan kembali ke wilayah perairan Plimmerton. "Tapi masalahnya kita tidak tahu kapan. Jadi, untuk memaksimalkan peluang membawanya kembali ke keluarganya, kami benar-benar bergantung pada publik yang melaporkan setiap penampakan orca." Departemen Konservasi, Senin (19/7) sedang menyelidiki penampakan pod (keluarga) orca yang terlihat di perairan Marlborough Sounds. “Kami masih harus memastikan apakah ini pod orca atau bukan, dan saat ini ada orang-orang di Sounds yang mencoba mendapatkan foto untuk mengonfirmasi. Kami menerima foto dari publik jika ada yang melihat polong, tetapi minta mereka untuk menjaga jarak 50m,” kata Angus. Dewan Regional Greater Wellington, kata Angus, telah memberikan peringatan mengenai kesehatan dan menyarankan kondisi pelabuhan saat ini tidak cocok untuk berenang. Hal ini berarti tidak aman bagi sukarelawan untuk ke kandang bersama orca. Senin pagi, dokter hewan telah melakukan pemeriksaan kesehatan standar dan semua hasilnya dalam parameter normal. Tim juga melakukan pemantauan dan ada beberapa prakiraan cuaca yang lebih buruk di hari Rabu (21/7). Bayi orca yang terdampar di bebatuan Plimmerton Minggu (11/7) diberi nama Toa, FOTO: LEON BERARD/DOC Kembali ke Kandang Menurut DOC, prediksi cuaca buruk membuat bayi orca ini masih dirawat di Plimmerton Boating Club dan kemungkinan akan tetap berada di kolam sementara, setidaknya untuk satu hari lagi. Angus mengatakan dokter hewan telah melakukan penilaian kesehatan secara rutin. Selama orca masih berada di kolam sementara, masyarakat diingatkan dan disarankan untuk menjauh agar staf dan relawan fokus merawat orca. Situs tersebut tetap ditutup untuk umum untuk mengurangi stres bagi anak orca. Pada Kamis (22/7) tim penyelamat akan memutuskan apakah orca tetap di kolam sementara atau akan dipindahkan ke kandang. Semua ini tergantung dengan kondisi cuaca. Kamis malam pemindahan bayi orca kembali ke kandang di laut berjalan lancar. Angus mengatakan setiap laporan penampakan yang dikumpulkan, kemudian divalidasi secara aktif sebelum diambil keputusan untuk menyelidiki lebih lanjut. Sebelum dipindahkan lagi ke kandang, tim penyelamat melakukan tes kualitas air. Hasil tes menunjukkan tidak ada masalah dengan kontaminasi dan aman untuk berenang. Rencana untuk meningkatkan upaya pencarian sedang dilakukan untuk memanfaatkan cuaca cerah. Terdapat laporan pod orca terlihat di Pantai Kāpiti dan sedang diselidiki melalui laut dan udara. Angus mengatakan dua pesawat sedang mencari dan sebuah kapal DOC berada di laut sebagai tindak lanjut atas laporan penampakan yang dilaporkan di selatan Raumati. Malam Terakhir Bayi Orca Toa Menurut Angus, semakin lama bayi orca ini berada di kandang yang jauh dari induknya akan semakin besar kemungkinan kesehatannya akan memburuk. Iwi lokal Ngāti Toa Rangatira, sejumlah staf DOC, Orca Research Trust/Whale Rescue, dan masyarakat setempat berusaha keras untuk menyelamatkannya. Di tengah upaya pencarian untuk penyelamatan bayi orca ini dapat kembali menyatu dengan keluarganya, pada Jumat (23/7) malam, kondisi Toa memburuk. Melalui upaya luar biasa dan keinginan untuk melakukan yang terbaik untuk Toa, namun untuk menyatukannya kembali dengan podnya belum tercapai. Suasana khidmat dan mengharukan di Plimmerton Boating Club. Toa yang diupayakan hampir 2 pekan dapat menyatu kembali dengan keluarganya (pod) tak bisa diselamatkan. Pada Jumat (23/7) malam, Toa meninggal. Bayi orca ini kemudian dikuburkan setelah dilepas 70 orang di Plimmerton Boating Club pada Sabtu (24/7) dini hari. Toa dikuburkan oleh Ngāti Toa Rangatira. Angus mengatakan upacara yang dihadiri Ngati Toa, warga setempat, relawan dan staf DOC itu berlangsung khidmat dan mengharukan. Toa meninggal secara wajar dan tidak dilakukan nekropsi. Tanda-tanda Toa mulai terlihat tidak sehat sekitar Jumat pukul 19.30 waktu setempat. Toa meninggal satu jam kemudian pukul 20.30. DOC menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang mencoba menyelamatkan Toa. Jumlah orang yang terlibat dalam upaya menyelamatkan bayi orca Toa setelah terdampar sangat banyak. Lebih dari 40 ahli internasional dan nasional telah memberikan saran selama 12 hari terakhir. Namun, kesehatan Toa memburuk dan dokter hewan yang bergegas untuk membantunya tidak dapat menyelamatkannya. (Verrianto Madjowa) Sumber: Doc.govt.nz, au.news.yahoo.com, Tvnz.co.nz, Rnz.co.nz, Stuff.co.nz, dan Wellingtontimes.com.au.
Komentar tentang post