TIDAK banyak cerita sukses seorang awak kapal perikanan Indonesia yang bekerja di luar negeri.
Ada yang tak diberi upah, bekerja non stop 18 jam lebih, hidup tak layak, kekurangan gizi, dianiaya, dipukuli dan sebagainya.
Kejadian yang dialami awak kapal perikanan Indonesia di luar negeri ini terus berulang saban tahun. Tanpa ada kejelasan nasib mereka dan upaya pemerintah menghentikan tindakan perbudakan dalam bisnis perikanan.
Meski banyak kisah awak kapal perikanan Indonesia menghadapi dan mengalami perbudakan di kapal-kapal penangkap ikan asing, para pekerja di sektor ini terus bermunculan.
Rekrutmen melalui agen tenaga kerja dengan iming-iming gaji dan kehidupan yang lebih baik, membuat banyak orang Indonesia yang ingin bergelut sebagai awak kapal perikanan ini.
Akhir Mei kisah perbudakan awak perikanan Indonesia kembali menjadi sorotan media asing. Seperti di The South China Morning Post (SCMP), Agence France-Presse dan dw.com mengangkat kasus nelayan Indonesia yang bekerja di kapal penangkap ikan Cina.
Dalam tayangan video melalui akun @SCMPNews dan @ajplus di Twitter, nelayan buruh Indonesia yang bekerja di kapal ikan Cina mengalami perlakuan yang tidak manusiawi. Puluhan awak kapal perikanan ini bekerja 18 jam sehari, dianiaya, kelaparan dan minum air tetesan kondensasi.
Komentar tentang post