Puluhan buruh nelayan ini menjadi korban perbudakan lewat skema gelap agen tenaga kerja lokal. Ini yang dialami Rahmatullah, yang meninggalkan Indonesia buat mencari penghidupan yang lebih baik berujung di neraka perbudakan.
Seperti diberitakan dw.com, para buruh itu terbiasa bekerja tanpa bayaran dan sering menghadapi kekerasan yang bisa berujung pada kematian. Indonesia dan Asia Tenggara termasuk kawasan yang paling subur praktik perbudakan, di mana makelar hitam membidik pengangguran muda tanpa ijazah sekolah dengan iming-iming gaji yang tinggi.
Rahmatullah awalnya dijanjikan gaji sebesar 400 Dollar AS per bulan, di tambah bonus tangkapan per ton. Namun ketika bergabung, dia malah dijual ke Somalia.
Dia menjalani sembilan bulan bekerja di atas kapal nelayan Cina dalam kondisi yang brutal. Setiap hari Rahmatullah harus bekerja selama 18 jam. Dua kru kapal dikabarkan meninggal dunia akibat dehidrasi.
Hal yang sama dialami puluhan awak kapal perikanan asal Gorontalo yang mengalami perbudakan di Korea Selatan. Mereka dipaksa bekerja nonstop, tidak diberi upah dan mengalami kekerasan.
Mereka bekerja di kapal ikan sejak 26 Agustus 2018. Selama itu, mereka kerap menjadi korban kekerasan. Selama di Korea Selatan, para pekerja diberi makanan babi.
Komentar tentang post